Alana beberapa kali mengerjapkan matanya. Gadis itu bahkan sudah berguling ke sana kemari untuk mencari kenyamanan. Bahkan sudah beberapa kali ia membolak - balikkan bantal untuk mencari bagian yang dingin. Tapi tetap matanya sulit sekali untuk tertutup dengan tenang.
Alana berdecak. Kemudian gadis itu bangkit. Duduk bersila di tempat tidur. Ia menggaruk rambut yang sudah berantakan karena gadis itu banyak bergerak.
Alana melirik jam dinding. Waktu sudah sangat larut. Jam menunjukkan pukul dua belas malam. Berarti sejak tiga jam tadi ia hanya berguling - guling tanpa bisa tidur sedikitpun.
Alana mendengus. Menyebalkan. Ini pertama kalinya ia mengalami insomnia. Dan itu tidak akan terjadi kalau ia tidak cemas.
Emang kalau saya kasih tahu, kamu akan pilih saya dan nolak dia?
Aku lebih takut kehilangan kamu.
Suara itu terus terngiang - ngiang. Antara Rey dan Raja, keduanya bersahutan di telinga Alana. Menutupnya pun, Alana masih bisa mendengarnya.
Kedua kata - kata itu yang terus ia pikirkan. Seakan keduanya meminta Alana tinggal di salah satu. Dan ini yang ia rasakan. Dilema.
Bagaimana bisa Alana merasa sebingung ini? Kenapa ia sampai sejauh ini dengan keduanya? Baik Raja ataupun Rey sangat pandai membuatnya bahagia. Alana merasa nyaman.
Dan karena masalah ini, sekarang Alana yang merasa takut kehilangan keduanya. Dua lelaki itu berhasil membuatnya gila.
Alana menghela nafas dalam dan menghembuskannya lewat mulut, membuat poni rambutnya berterbangan. Gadis itu mengedarkan pandang. Tak sengaja matanya menangkap sebuah bungkus kado yang masih utuh di atas meja kamarnya.
Alana mengambilnya. Ia ingat itu adalah hadiah pemberian Raja di hari berakhirnya hubungan mereka. Sampai sekarang Alana masih belum membukanya. Ia lupa.
Alana membukanya dengan hati - hati. Takut merusak isinya. Pikirnya, ini adalah hadiah special dari Raja yang harus Alana jaga dengan baik.
Mata gadis itu langsung berbinar saat mengetahui isinya. Sebuah foto dengan bingkai minimalis. Yang membuat Alana terharu adalah gambar berserta kalimat di dalamnya. Tulisannya tampak tidak rapi. Dapat Alana ketahui kalau Raja menulisnya sendiri.
Setiap aku melihat ke atas, yang aku jumpai selalu langit. Setiap aku mencari cinta sejati, yang aku temukan selalu kamu.
Alana ingat betul kalimat itu dan bagaimana Raja mengatakannya.
Hadiah kecil itu mampu membuat senyum Alana merekah sepanjang malam, namun perlahan air matanya juga turun. Kali ini bukan haru, melainkan kesedihan.
Kesedihan karena Alana yang mulai goyah oleh sosok Rey. Ia merasa bersalah. Namun meninggalkan Rey pun bukan jalan keluar yang baik. Alana tidak bisa meninggalkannya, karena sebagian hatinya telah tertambat di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE
Teen FictionMeskipun tidak lagi berstatus sebagai pacar, Raja rela melakukan apapun untuk Alana termasuk membagi waktunya dengan sekolah yang amat ketat untuk sekedar menemui gadis itu karena saking cintanya. Sedangkan Alana sendiri yang merasa tak diperhatikan...