21. Memilih?

137 11 0
                                    

Raja dan teman - temannya baru saja pulang dari kegiatan masing - masing. Mereka berkumpul di lobi Mess dengan mengenakan pakaian bebas sambil mengobrol seraya menunggu malam hingga hari esok tiba.

Veer dan Diego duduk sambil makan kacang yang Raja bawa dari rumah Alana. Gadis itu sempat memberikan beberapa cemilan dalam kantong kresek untuk Raja. Takut lelaki itu tidak punya cemilan di Asrama.

"Gimana jalan - jalan lo? Semenarik apa? Dan apakah mantan cewek sekaligus gebetan permanen lo masih mau jalan sama lo?" tanya Veer bertubi. Raja terkekeh dan melempar kulit kacang padanya. Dibalas Veer dengan hal serupa dan pada akhirnya mereka malah perang kulit kacang. Kecuali Diego yang hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah mereka.

"Diem kenapa sih lo berdua? Jangan bikin berantakan!" lerai Diego pada mereka berdua.

"Udah udah udah!" Raja menyerah, mengangkat tangan lalu duduk di lengan sofa dalam sana.

"Lemah!" cibir Veer. Raja hanya menertawakannya.

"Lo abis dari mana aja, Ja?" tanya Diego.

"Nonton," balas Raja, seadanya.

"Nontong doang?"

"Iya." Raja mendelik ke arah Veer, mengejeknya dengan tatapan yang ia berikan.

Veer mendengus seraya mengunyah makanan yang tanpa ia sadari itu adalah kulit kacang.

"Halah nonton aja belagu lu," cibir Veer lalu meringis dan lekas memuntahkan makanannya.

"Veer jorok!" ucap Diego seraya bergidik.

"Lo nyari cewek sana, Veer! Biar rada malu dikit. Jadi orang gak tau malu amat lu." Raja menempeleng kepalanya. Persis seperti yang selalu dilakukan Jordan pada Steffan. Ternyata begini rasanya saat ia melakukan itu pada Veer.

"Lo gak usah main - main kepala!" Veer memukul tangannya. "Emang lo pikir kepala gue bola Bowling apa didorong - dorong?" ketusnya.

"Lo mirip temen gue," ucap Raja.

Entah yang ke berapa kali Veer mendengar ini, yang jelas ia bosan. Telinganya seolah dijejali hal sama.

"Li mirip timin giwi," cibir Veer dengan nada nyeleneh.

"Monyed gak boleh gitu!" Kini giliran Diego yang menempeleng kepalanya.

Veer berdecak, "Lo gak usah manggil gue gitu ngapa sih, Go?" Diego malah tertawa.

"Kok lucu ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Nah gitu dong, Go. Ketawa," ujar Raja.

"Ketawa ya ketawa, tapi jangan ngetawain gue!" Untuk yang ke sekian kalinya Veer mendengus kesal. Ia benar - benar sudah jengah. Dimana - mana ia yang selalu jadi bahan bullyan. Bahkan Arsalan pun sering ikut - ikutan dengan mereka. Hal ini terjadi setelah ada Raja.

Veer yang mengingatkannya pada Steffan. Di sini Raja tidak kesepian. Karakter teman - temannya seakan hidup pada ketiga temannya di sini. Veer yang mirip Steffan, Diego mirip Sergio, dan Arsalan seperti Alex.

"Gimana, Ja? Alana masih mau jalan sama lo?" Diego mengembalikan ke topik semula. Raja mengangguk seraya melihat ke arahnya.

"Syukur deh." Veer menimpali.

"Apa gue bilang? Raja gak usah musuhin dia!" Hardik Diego pada Veer.

"Kenapa jadi ngeliatnya ke gue sih?" sewot Veer.

"Emang lo yang bilang kan."

"Enggak. Gak ngerasa gue."

"Gak usah bohong, Veer. Idung lo udah mancung."

SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang