Raja baru saja selesai mengantarkan undangan ke sekolah penerbangan di Bandung. Jaraknya cukup jauh dari hotel yang ditempatinya. Belum lagi Raja harus berputar - putar dulu karena tidak tahu jalan. Ponselnya mati.
Kini Raja berdiri di bawah temaram lampu di sebuah pekarangan rumah yang serba hijau dan asli. Lelaki itu sedang memandang ke jalan dan melamunkan sesuatu.
Entah gerangan apa tapi Raja merasa perasaannya tidak enak beberapa hari ini. Ia selalu gelisah. Pikirannya tak lepas dari Alana. Instingnya mengatakan kalau ada yang tidak beres pada gadis itu. Menghubunginya pun sangat sulit.
Alana tidak pernah mengangkat panggilan Raja. Bahkan sekarang ponsel lelaki itu mati. Ia jadi tidak bisa menghubungi siapapun untuk bertanya.
"Raja!" Panggilan itu membuat Raja berbalik badan lalu menemukan Sagara sedang berdiri di sana. Ia yang Raja tunggu untuk berpamitan.
"Eh,Gar," sahut Raja sambil tersenyum.
"Tadinya gue mau nyamperin lo. Keburu lo ke sini. Gue jadi gak enak," ucap Sagara, mengutarakan apa yang ia rasa.
Raja terkekeh. "Enggak perlu lah. Gue ngerti keadaan lo. Lo pasti stres banget kan gara - gara kemarin. Mikirin cewek itu, siapa sih namanya? Vanora. Ya gak sih?" tanya Raja, sudah terjawab sendiri.
"Iya," balas Sagara.
"Lo mau pulang sekarang?" tanya Sagara kemudian.
Raja mengangguk. "Urusan lo udah selesai kan? Atau masih ada yang perlu gue bantu?" tanya Raja.
Sagara menggeleng. "Tadinya gue ada rencana Travelling bareng lo. Sama temen - temen lo dan temen - temen gue," ujar Sagara.
Raja tersenyum dan menepuk bahu Sagara. "Lain kali aja. Gue tau keadaan lo sekarang lagi gak baik. Percuma lo seneng - seneng rame - rame entar kalau hati lo sebenernya kesepian," ujar Raja. Sagara mengangguk - angguk, mengakui.
"Gar, gue rasa lo perlu isi kekosongan lo itu," ucap Raja.
Sagara menengok. "Kekosongan apa?"
"Hati lo," jawab Raja sambil menunjuk dada bidang Sagara.
"Gimana perasaan lo sekarang, Gar? Hampa kan waktu Vanora nyuruh lo jauhin dia?" tanya Raja. Sagara terdiam. Raja mengerti dengan keadaannya, karena ia pun pernah merasakan hal ini dulu. Ketika Raja jatuh cinta pada Alana.
"Vanora berarti buat lo, Gar. Gue tau itu. Tugas lo sekarang, jelasin dan minta maaf sama dia. Lo jujur aja alesan lo nyerang Jordy itu apa," ujar Raja. Sagara tertunduk. Ada keraguan dan rasa tak ingin kehilangan. Perasaan yang mendalam, yang tidak bisa Sagara utarakan saking berartinya. Sagara takut ombaknya tak kembali ke laut.
"Gue gak tau apa dia mau maafin gue atau enggak," ucap Sagara, ragu.
"Kenapa? Setiap manusia itu wajar punya kesalahan."
"Tapi gue hampir bikin apa yang paling berarti dalam hidupnya." Sagara mendongak, menatap Raja putus asa.
Raja merangkul bahu Sagara. "Gar lo tau cewek gue?Alana," tanyanya. Sagara mengangguk. Alana adalah teman kuliahnya waktu di Jakarta. Sagara kenal Raja juga dari Alana.
"Alana dulu buta, Gar. Sebelum dia dapet tranfusi mata dari Elang. Waktu pertama gue kenal dia gak bisa ngeliat. Setau gue dia kecelakaan. Kecelakaan itu yang bikin dia buta. Alana korban tabrak lari ketua brandalan geng motor yang lagi jaya - jayanya waktu itu, Avatar." Penuturan Raja membuat Sagara membulatkan matanya. Namun Raja hanya menampilkan senyum tenang.
"Lo-"
"Gue yang nabrak Alana, Gar. Alana sempet ngebenci gue karena gue gak jujur. Selama berbulan - bulan gue boongin dia sampe akhirnya dia ngejauh dan gak mau ketemu gue lagi. Tapi sekarang lo tau kan? Dia bahkan jadi cewek gue. Ya walaupun saat ini gue ada dalam fase nunggu lagi. Kita putus. Tapi tetep kita saling tunggu sampai keadaan baik - baik aja." Raja tersenyum, meyakinkan Sagara dengan membagi sepenggal kisah masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE
Teen FictionMeskipun tidak lagi berstatus sebagai pacar, Raja rela melakukan apapun untuk Alana termasuk membagi waktunya dengan sekolah yang amat ketat untuk sekedar menemui gadis itu karena saking cintanya. Sedangkan Alana sendiri yang merasa tak diperhatikan...