10. Peringatan Kedua

125 12 0
                                    

Seminggu telah berlalu. Entah mengapa hari - hari sebelumnya terasa berat bagi Alana. Sampai pada hari ini pun ia masih tidak semangat juga.

Hubungan jarak jauh dengan Raja kenapa jadi seberat ini? Padahal setiap malamnya lelaki itu menelpon.

Saat bersamanya, Alana seperti orang paling bahagia di dunia. Tertawa, menggodanya, dan sikap manis Raja selalu jadi bumbu harian untuknya. Baik itu bertemu secara nyata ataupun lewat telepon saja.

Namun makin ke sini Alana makin kehilangan semangat. Awalnya memang ia pikir akan baik - baik saja berhubungan seperti ini, tapi yang ia rasa jauh berbeda dari apa yang ia ekspektasikan.

Yang mulanya ia yakin kalau semua akan baik - baik saja, malah sekarang ia tidak bisa menjaminnya.

Alana memijit pelipisnya yang sangat pening. Akhir - akhir ini ia jadi sering kepikiran Raja. Entah apa dan sesibuk apa dia Alana tidak tahu.

Hubungan mereka terasa mengambang. Bagi Alana ini sangat sulit. Tapi bagi Raja... entahlah.

Percayalah, ini lebih sulit dari pada LDR beda pulau yang pernah mereka jalani. Sekarang, Raja hanya punya waktu sedikit untuk Alana. Itu pun tidak setiap hari. Kadang lelaki itu mengaku lupa, kelelahan, atau semacamnya.

Kenapa rasanya Raja jadi sulit digapai seperti ini?

"Ya udah, kamu lanjut kuliah lagi. Aku juga lagi di jalan mau ke kampus," ucap Alana.

Gadis itu sedang menelpon. Siapa lagi kalau bukan Raja? Alana hanya berkata manis pada pacarnya.

"Kalau gitu aku tinggal dulu. Kamu jaga diri baik - baik ya. Jangan lupa-"

Tuuutttt

Sambungan telepon yang tiba - tiba mati membuat Alana mendengus kesal.

Mentang - mentang sudah sampai penutup pembicaraan, Raja jadi seenaknya mematikan telpon. Padahal ada hal yang ingin ia keluhkan pada lelaki itu. Agar ia tenang.

Alana turun dari trotoar dan hendak menyeberang jalan.

Dari jarak jauh, sebuah mobil tampak melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya.

Si pengendara tersadar akan menabrak seseorang. Sekeras mungkin ia membunyikan klakson, namun seakan senyap sampai ke telinga Alana. Gadis itu sedang melamun.

"WOYY, AWAS!!" teriak si pengendara sambil berdiri di mobil yang atapnya terbuka itu.

Alana tersadar dan menengok, secepet mungkin ia berpindah posisi namun mobil tak terkendali itu berhasil menyerempetnya hingga gadis itu jatuh.

Alana merasakan sakit yang teramat pada kepalanya yang membentur tembok. Ia menyentuhnya. Terasa ada sesuatu yang kental. Darah.

Kakinya juga terasa sangat sakit. Kepalanya pusing. Perlahan - lahan pandangannya mengabur. Suara - suara jadi senyap.

Alana hanya melihat remang seorang lelaki yang berusaha menyadarkannya. Sebelum akhirnya mata gadis itu tertutup rapat karena tak bisa menahan nyeri.

•••

"Kalau gitu aku tinggal dulu. Kamu jaga diri baik - baik ya, jangan lupa-"

Raja merasa sambungan terputus begitu saja. Padahal ia tidak menyentuh tombol apapun.

Ketika menoleh ke samping, ia mendapati tiga orang lelaki sedang memegang gunting. Baru saja mereka memutus kabel telrpon yang sedang digunakan Raja. Membuat lelaki itu geram.

SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang