25. Tega

125 9 2
                                    

"Alana!" suara panggilan itu terdengar gusar. Alana menoleh dan mendapati Dista berdiri di belakangnya dengan tatapan berapi.

Alana baru saja pulang diantar Rey pada malam ini. Lelaki itu tidak mampir karena merasa tidak enak badan dan ingin segera pulang.

"Eh Dis, dari kapan lo di sini?" tanya Alana keheranan.

"Lo habis jalan sama Rey kan?" sergah Dista dengan nada yang kedengarannya marah itu. Alana mengerutkan alisnya. Aneh dengan sikap Dista yang tiba - tiba kasar seperti itu.

Alana mengangguk, "iya, gue habis jalan sama Rey." ujarnya.

Dista menyeringai, "tega banget ya lo." Gadis itu melipat tangan di depan dada dan menatapnya tajam.

"Lo kenapa?" Alana bertanya heran. Baru saja ia datang, Dista sudah marah - marah tidak jelas.

"Raja dari tadi di sini nungguin lo. Dia mau kasih kejutan. Dia telponin lo setiap hari tapi gak pernah lo angkat," ujar Dista.

"Raja?" Alana mengulanginya.

"Tuh liat!" Dista memalingkan wajahnya ke sekumpulan kotak kado di dekat pintu, ada seikat bunga juga di sana.

Alana tercengang. Kaget bukan main. Yakin kalau itu dari Raja.

"Raja nungguin lo di sini berjam - jam, sedangkan lo malah seneng jalan - jalan sama orang lain," kata Dista, sarkastik.

"Dis, gue gak tau kalau dia mau dateng-"

"Gimana lo tau? Tiap dia nelpon aja lo gak pernah angkat. Apalagi alesan kalau bukan karena lo lagi sama Rey?" Dista menaikkan nada bicaranya. Membuat Alana termenung.

Sakit hati karena Dista berbicara seperti itu. Namun ia pun mengerti, ini kesalahan Alana juga.

"Kalau lo bener - bener pengen sama Rey, lo bilang sama Raja yang sebenernya! Setelah itu dia akan ngejauh dengan sendirinya. Raja tau diri, Al. Gak kaya lo," ucap Dista lamgsung menusuk ulu hati Alana. Sangat manyayat namun gadis itu tidak bisa berkata apa - apa.

Dista kemudian pergi, tidak tahan lagi. Meninggalkan Alana yang mematung di tempatnya, memikirkan kata - katanya.

Gadis itu kemudian berjalan ke pintu dan berjongkok, memunguti semua benda di sana. Ada sepucuk surat yang membuatnya makin terdiam. Benar semua itu dari Raja. Alana kenal betul tulisannya.

Al, maaf aku gak bisa lama nungguin kamu. Aku harus pulang. Terlalu singkat waktu hari ini. Maaf Al, aku cuma bisa ngasih ini.

- Raja

Hati Alana terenyuh membacanya. Sesabar itukah Raja menunggunya? Sampai seharian ia berada di sana? Hanya untuk bertemu gadis itu dan mengucapkan selamat ulang tahun?

Setega itukah Alana? Sejahat itukah ia pada Raja?

Gadis itu kemudian membuka satu persatu dari tiba buah kotak yang ada di sana.

Kotak pertama bersisi sebuah kue tar lengkap dengan lilin dan koreknya. Alana memandangnya nanar. Kue itu masih utuh, meski tampilannya sedikit rusak. Mungkin karena terlalu lama dibiarkan.

Kotak kedua adalah sebuah kotak musik yang sangat indah. Di dalam bola kristalnya terdapat sepasang kekasih yang berdiri saling membelakangi dengan tangan saling menggenggam. Menggambarkan dirinya dan Raja.

 Menggambarkan dirinya dan Raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SACRIFICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang