03. Menemukannya

125K 8.7K 272
                                    

Haii bestie, aku kembali^-^

Jika ada typo mohon di kasih tanda ya, jangan lupa untuk vote dan komentar itung-itung sebagai dukungan kalian untuk aku^-^

Langsung aja yaa!!

Happy reading~

03. Menemukannya

Setelah membersihkan kekacauan, Aurel pun berpamitan pada Bagas selaku pemilik kafe dan pegawai lainnya. Mereka semua menatap Aurel dengan sedih, sejauh ini Aurel gadis pintar, cekatan dan rajin menjalankan pekerjaannya. Bagas suka cara Aurel bekerja jarang sekali menemukan gadis serajin Aurel di zaman sekarang. Ya, walaupun Aurel sedikit ceroboh. Bagaimanapun, tidak ada manusia sempurna di dunia ini bukan.


Agatha dengan suka rela mengantar Aurel pulang. Dia tidak tega melihat sahabatnya yang terlihat masih syok. Aurel sekarang terlihat muram dengan wajah sedikit pucat dan lesu. Sungguh tidak seperti Aurel yang biasanya. Di sepanjang perjalanan, Agatha memaki-maki Keenan yang tampan namun tidak berperasaan dan juga meminta maaf pada Aurel karena tidak bisa membantunya.

Karena sejujurnya, tatapan tajam Keenan pun juga membuat Agatha merinding.
Sesampainya di depan rumah, Aurel mengucapkan terima kasih pada Agatha karena dia mau mengantarkannya pulang.

Sekali lagi, Agatha meminta maaf pada Aurel karena tidak bisa banyak membantunya dan Aurel pun memakluminya.

Aurel segera memasuki rumah dengan lesu. “Assalamualaikum, Bi! Aurel pulang,” ucapnya tanpa semangat.

Marta yang kebetulan berada di dapur segera menghampiri Aurel dengan kerutan di keningnya. “Tumben udah pulang, kamu nggak kerja?”

Aurel mencium tangan Marta. 

“Muka kamu kok pucet, Sayang? Kamu sakit? Kita ke Puskesmas ya,” berondong Marta.

Aurel menggelengkan kepalanya. Marta mengajak Aurel duduk di sofa. Aurel pun menceritakan kejadian di kafe kepada bibinya. Mendengar cerita tersebut, Marta hanya bisa beriba.

Tangan Marta bergerak mengusap puncak kepala Aurel dengan penuh kasih sayang. “Ya sudah, kamu nggak usah kerja lagi, paman sama bibi masih sanggup kok biayain sekolah dan kebutuhan kita. Kamu belajar aja yang rajin, nggak usah mikirin kerja.”

Aurel menatap Marta dengan ekspresi keberatan. “Aurel pengin bantuin paman sama bibi. Aurel juga pengin belajar mandiri, Bi,” ucapnya.

Marta tersenyum tipis mendengar ucapan sang keponakan. Dia sungguh bangga memiliki keponakan seperti Aurel. “Kamu ini mirip banget sama ibu kamu, Sayang. Bibi bangga sama kamu.” Marta mencubit gemas pipi Aurel.

“Bibi percaya kan kalau Aurel bisa mandiri?” tanya Aurel pada sang bibi.

Marta mengangguk dengan senyuman merekah di wajahnya. “Ya udah, sekarang kamu mandi, makan terus istirahat. Kamu pasti capek.”

*****

Seminggu sudah berlalu sejak Aurel dipecat dari kafe. Sampai saat ini, dia belum menemukan pekerjaan lagi. Kebanyakan tempat yang dilamar tidak mau menerimanya karena statusnya yang masih pelajar.

Memikirkan bagaimana mencari pekerjaan yang cocok untuknya membuat Aurel kehilangan fokus saat di sekolah.

"Aurellia Elvina! Kamu dengar apa yang ibu jelaskan?!" bentak bu Salsa, guru bahasa yang terkenal kejam dan tidak segan-segan menghukum murid yang tidak fokus di pelajarannya.

"Aurel d-dengar, Bu," jawab Aurel. lagi-lagi dia melamun di pelajaran guru yang terkenal killer. Oh tidak, Aurel tidak mau kena hukuman.

"Perhatikan kalau saya sedang mengajar! Jika saya melihat kamu melamun lagi, saya hukum kamu, Aurel," ketus bu Salsa.

Aurel langsung mengangguk cepat setelah itu bu Salsa melanjutkan ajaran yang tertunda. Pun dengan Agatha yang selalu memperhatikan tingkah Aurel yang sering melamun di kelas. Ketika dia bertanya alasan Aurel melamun di kelas, dia tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan.

*****

Di salah satu ruangan gedung pencakar langit yang berada di Ibukota. Seorang pria paruh baya duduk di kursi kebesarannya seraya membaca berkas di tangannya.

Tidak berselang lama, dia meletakkan berkas itu ke meja. Matanya beralih menatap bawahannya yang saat ini berdiri di depannya.

"Jadi, apa sudah ada perkembangan? Atau mungkin kamu sudah berhasil menemukannya?" tanyanya.

Bratama William, seorang pengusaha sukses yang masuk ke jajaran orang terkaya se-Asia. Dia kehilangan putri kecilnya 14 tahun yang lalu, tepat ketika putrinya berumur satu tahun.

Pelaku penculikan tidak lain adalah saingan bisnis Bratama dan sampai sekarang pun keberadaan putrinya belum diketahui.

Tama terus saja mencari karena dia yakin putrinya itu masih hidup dan dia akan segera berkumpul lagi dengan sang putri suatu saat nanti. Semua anggota keluarga William merindukan putri kecil mereka yang hilang.

“Tentu, Tuan! Kami berhasil menemukan keberadaan putri anda."

Tama menatap bawahannya dengan tatapan tajam. “Apa kamu sudah menyelidikinya dengan benar?”

Sang bawahan menyerahkan map yang dia bawa pada Tama. “Saya membawa berkas hasil penyelidikan kami, Tuan. Bahkan kami pun sudah melakukan tes DNA dengan sampel yang kami dapatkan,” tuturnya.

Tama membaca isi map tersebut dengan saksama. Sebuah foto sekaligus data diri seorang gadis serta surat keterangan dari rumah sakit mengenai hasil DNA yang menunjukkan 99,9% kecocokan DNA antara sang gadis dan Tama.

Apakah dia tidak salah membaca? Dia akan bertemu putri kecilnya? Rindu yang selama ini menyesakkan itu akan berakhir dengan bertemu putri kecilnya.

Rasa bahagia membuncah di dadanya. Tama memerintahkan bawahannya untuk meninggalkan ruangan. Dengan kabar bahagia yang dibawanya, Tama pun menghubungi sang istri untuk memberitahukan kabar tersebut.

"Halo, Sayang! Aku menemukan putri kecil kita, Sayang! Kita menemukannya! Aku akan menjemputmu dan kita akan menjemput putri kecil kita."

Setelah 14 tahun pencarian, akhirnya Tama bisa berkumpul lagi dengan sang putri, pelengkap kebahagiaan keluarga William yang selama ini hilang.

*****

Siapakah putri Bratama William??  Putri kecilnya nya yang telah hilang 14tahun yang lalu.

Bagaimana reaksi istri dan 3 anaknya?
Typo bertebaran:v

See you ❤️

My Overprotektif Brothers  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang