CHAPTER 34 •Kedai Kopi Depan Sekolah•

16.5K 1K 77
                                    

"Demi cewek lain lo ninggalin pacar lo sendiri."

***

Begitu jam istirahat tiba, Ares cepat-cepat berdiri dari duduknya. Baru saja sang ketua kelas ingin mengucapkan aba-aba salam tetapi Ares sudah berjalan dengan santainya keluar kelas.

Setelah kelas kosong 1 jam, dua guru seketika masuk dan membuat dua kelas yang berada di lantai yang sama itu sama-sama berhadapan dengan materi lagi.

Guru matematika yang masih berdiri tepat di balik meja guru itu mendelik, "Ares, yang nyuruh kamu keluar duluan siapa?" Tanya Bu Ariesta.

"Saya sendiri, kenapa?" Balas Ares langsung dengan suara dan wajah datarnya, menatap tajam guru tersebut.

Guru matematika tersebut, yang umurnya baru saja menginjak sekitaran 25 tahun, mendadak gelagapan sendiri di tatapi seperti itu.

Andy dan Gahtan menahan tawa melihat ekspresi gurunya, lagian siapa gadis yang tidak bisa menolak pesona seorang Ares begitu di tatap?

Tatapannya itu tajam namun mempesona di waktu yang bersamaan. "Pengen gue jadi Ares, Tan. Lo tau caranya gimana gak?"

Gahtan menoleh pada Andy dengan tatapan malasnya, "Lo pergi sono ke Korea, lo ganti wajah lo sana sampe mampus!" Balasnya sengit.

Andy terkekeh kemudian memukul belakang kepala Gahtan dengan keras hingga menimbulkan bunyi, "Biasa aja dong lo jawabnya, anjing!"

"Heh yang nyuruh lo mukul gue siapa bego!" Balas Gahtan tak kalah sengit merasa tak terima, tangannya terangkat hendak membalas namun secepat kilat Andy berlari keluar.

"WOY BANGSAT! BENCONG LO ASLI MAIN KABUR!" Teriak Gahtan sambil berlari keluar kelas, Frans dan Fabian yang duduk di belakangnya hanya menoleh sebentar lalu lanjut dengan game-nya.

"Emang laki gak ada akhlak," gumam Frans yang di tanggapi kekehan oleh Fabian.

***

Ares berjalan di koridor kelas 11 dengan langkah tegap dan lebarnya, kedua tangannya di masukkan ke saku celana abu-abunya dan matanya sama sekali tak ada menatap ke samping.

Matanya menatap lurus ke depan, padahal jika ia menoleh kesamping sedikit saja sudah ada para gadis yang menatapnya memuja seperti sedang melihat Dewa.

Sampai di depan pintu kelas XI IPA 1, kelas Daryna, Ares tidak langsung masuk. Cowok itu bersandar di sisi pintu dengan menatap Daryna tajam melihat apa yang di lakukan gadisnya itu.

Apa yang di lakukan Daryna benar-benar membuat Ares geram ingin menggelitiki pinggangnya sekarang juga.

Gadis itu sedang duduk tepat di samping Nessie sambil menjilat es krim pelanginya dan tangannya sibuk bertaruh dengan Nessie sambil tertawa bahagia.

Indah sekali hidupnya jika tanpa pengawasan Ares di sampingnya. Dan apa itu? Siapa yang dengan beraninya membelikannya es krim?

"EKHEM! MAKAN ES KRIM KAYAKNYA ENAK TUH!" Sindir Ares, matanya sengaja ia alihkan sebentar ke papan lalu menatap Daryna yang seperti membeku.

Ares menyeringai kecil, matanya menatap punggung gadisnya yang perlahan berbalik menatap ke arahnya dengan ekspresi horror.

"Eh, hai Al," sapa Daryna dengan senyum yang di paksakan memperlihatkan gigi, es krim yang sedikit lagi akan habis langsung ia lahap hingga kini tersisa katiknya saja.

"Woops," ucap Daryna dengan wajah yang sengaja di kejutkan dan tangan menutup mulutnya. Gadis itu memang sengaja sekali memancing amarahnya.

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang