"Oh, lo nggak peduli? Terus apa untungnya lo suka sama orang kalau dianya aja nggak tau lo pernah suka sama dia, hah?"
***
"Raka, gue mau ngomong sebentar sama lo."
Lama Raka tidak menoleh, perhatiannya masih tertuju pada objek yang sama dimana dua orang itu sama sekali tidak menyadari jika ada yang sedang mengawasi.
Ares menghela nafas, ia berdiri dari sofa dan membuat Daryna mengernyit kecil, "Al, kamu mau kemana?" Tanyanya dengan kedua tangannya memegang tangan Ares.
Ares tersenyum kecil, "Aku mau ngomong sama Raka sebentar, sayang. Nanti aku balik lagi," jawabnya seraya tersenyum menenangkan lalu mencium puncak kepala Daryna.
"Raka," panggil Ares sekali lagi, Raka langsung menoleh dengan pandangan bingung sekaligus bertanya dan sebelah alisnya naik.
"Gue mau ngomong sebentar," ucapnya setelah itu berjalan menuju ke arah tangga. Raka cepat-repat menaruh gelas minumannya lalu berjalan mengikuti Ares.
Sampai di dalam kamar Ares langsung duduk di atas sofa panjang yang terletak tepat di samping ranjangnya, memang tidak terlalu sering di gunakan tapi Alexa memaksa untuk menaruh sofa di kamarnya.
Raka menyusul duduk, namun tidak di samping Ares melainkan di kasur dengan posisi duduk yang menghadap Ares sehingga kini mereka berhadapan dengan posisi yang sedikit jauh.
"Mau ngomong soal apa?" Tanya Raka, langsung. Karena hari yang mulai larut ia harus segera pulang, tidak ada alasan untuknya tetap disini.
"Ada yang aneh sama Fajar? Atau Nessie?" Ares menanyakan itu dengan maksud tertentu dan terdapat arti di dalamnya.
Gelagat Raka mulai berubah, ia duduk dengan siku yang ia tumpu di atas paha sehingga kini wajahnya menunduk menghadap lantai marmer kamarnya.
Jika posisinya yang seperti itu membuat Ares cukup kesulitan untuk membaca raut wajahnya, Ares pun berdeham hingga Raka sedikit menaikkan pandangannya.
"Lo belum jawab pertanyaan gue."
"Harus gue jawab? Kalau privasi mungkin nggak perlu gue jawab juga gue berhak, kan?" Jawab Raka dengan wajah datar dan seperti ada yang berubah dari cara bicara cowok itu.
Ares menaikkan sebelah alisnya lalu menaikkan sebelah kaki kanannya untuk di taruh di atas paha kirinya, "Gue rasa itu bukan privasi. Lo belum kasih tau siapa cewek yang lo suka yang buat lo putus sama Cally."
Raka mengalihkan pandangannya, Ares sadar jika gelagat Raka sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan untuk menjawab.
Ares berdecak, "Nessie? Iya atau nggak?"
Dan tepat sasaran!
Raka langsung menegakan tubuhnya dengan ekspresi terkejut, tentu saja ia panik. Jika seseorang tau rahasianya maka ia akan di olok-olok karena menyukai gadis milik orang.
Tidak, tidak seharusnya Ares mengetahuinya.
"Bukan, bukan dia!" Jawab Raka dengan cepat, ia seberusaha mungkin menenangkan reaksi paniknya dan berusaha mendatarkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy
Teen Fiction#1 in Teenfiction (May 6, 2020) #11 in Teenfiction (May 8, 2020) #9 in Teenfiction (May 9, 2020) #7 in Teenfiction (May 10, 2020) #8 in Teenfiction (May 12, 2020) #8 in Romance (May 20, 2020) Ares Alejandro Siregar Denza, Bad Boy famous dari SMA Mah...