"Kamu nggak perlu cari obat karena obatnya simple aja, kamu."
***
Ares berjalan masuk dengan langkah tenangnya, lampu di dalam markas menyala dengan terang yang artinya makhluk-makhluk penghuni di sana masih tersadar.
Tangannya bergerak pelan mendorong pintu di depannya tanpa mengetuk, samar-samar ia mendengar adanya perdebatan namun karena tindakannya tadi malah terhenti.
Baru saja Ares menaikkan pandangannya untuk melihat siapa saja manusia-manusia nya suara seorang gadis yang benar-benar membuatnya muak seketika menyapa.
"Hai, Alejandro."
Ares menaikkan sebelah alisnya, pada dasarnya tangannya sudah terkepal dan siap melayang hanya saja di dalam pikirannya masih belum ada api sehingga ia mencoba sabar.
"Untuk ukuran cewek yang gak punya harga diri kaya lo, lancang, lo semakin gak ada harganya."
DEG!
Andy dan Frans yang mendengar kalimat itu sontak memejamkan matanya. Andy menggelengkan kepalanya pelan tak habis pikir dengan sahabatnya.
Andy menatap Audi yang masih berdiri seperti patung bahkan Andy bisa menghitung jika gadis itu belum berkedip sejak 5 detik yang lalu.
"Lo punya masalah sama siapa? Sama gue? Kalau sama gue ya sama gue, cewek gue jangan di usik."
Ares menatap Audi dengan tatapan mengintimidasi, matanya menatap tangan gadis itu yang keduanya terkepal hingga urat-uratnya terlihat.
Ares terkekeh mengejek, "Lo bisu? Punya mulut nggak?"
Audi mengepalkan tangan nya semakin erat, gadis itu mencoba menahan namun tangannya secara refleks melempar botol bir di atas meja di sampingnya ke arah Ares.
PRANK!
"ANJING! GILA LO BANGSAT!" Bentak Gahtan, cowok itu yang semula sedang duduk di sofa dengan headset yang terpasang indah seketika terkejut begitu mendengar suara tersebut.
Gahtan menatap Ares melongo, ia cepat-cepat melepas headset-nya. Melihat reaksi Ares yang sama sekali tak merasa sakit, Gahtan cukup merasa jika sahabatnya itu hebat.
Jika di lihat dari kondisi fisiknya Gahtan cukup merasa heran dengan kekebalan tubuh yang dimiliki Ares, jelas-jelas kepalanya berdarah dan ia sama sekali tak mengaduh?
Ya, inilah yang dinamakan seorang lelaki tangguh.
Andy dan Frans lantas cepat-cepat mendekati Ares, "Anjir, lo gak papa, Res?" Tanya Andy.
Ares menggeleng pelan, sebelah tangannya bergerak menyentuh cairan yang perlahan bergerak turun kemudian melihatnya.
Merah? Batin Ares kemudian ia terkekeh pelan dengan menatap Audi tajam.
Darah.
Ares tau itu.
"Lo di kasih sabar malah ngelunjak, tadi yang main masih mulut tapi kayaknya sekarang lo minta tangan. Gue kasih."
Ares berjalan mendekati Audi dengan langkah cepatnya, Audi belum sempat menghindar sehingga akhirnya sebuah suara pukulan terdengar nyaring.
BUG!
Ares memukul perutnya, tepat di tengah, hingga Audi terjatuh. "Argh.." ringisnya sambil memegang perutnya.
Ares terkekeh pelan mendengar ringisannya, ia menekuk sebelah kakinya hingga kini wajahnya sejajar dengan Audi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy
Novela Juvenil#1 in Teenfiction (May 6, 2020) #11 in Teenfiction (May 8, 2020) #9 in Teenfiction (May 9, 2020) #7 in Teenfiction (May 10, 2020) #8 in Teenfiction (May 12, 2020) #8 in Romance (May 20, 2020) Ares Alejandro Siregar Denza, Bad Boy famous dari SMA Mah...