"Kalau ada kata yang maknanya lebih besar 100 kali lipat dari cinta, itu buat kamu dari aku."
***
Ares mendudukkan Daryna di kursi taman rumah besarnya. Setelah sebelumnya Ares memutuskan untuk mengajaknya pulang.
Dengan kondisi kaki Daryna yang terkilir membuat Ares harus berpikir keras antara langsung mengajaknya pulang atau tetap berada di sekolah melanjutkan acara.
Tapi disini lah akhirnya mereka berakhir. Di bangku taman rumahnya yang sunyi, dan hanya di temani oleh suara-suara jangrik.
"Kaki kamu masih sakit?" Tanya Ares akhirnya, setelah lama mereka diam dalam kesunyian.
Daryna menoleh dengan senyum kecil, "Udah gapapa, Al. Cuma mungkin masih belum bisa di pake jalan kaya biasanya aja."
Ares menegang, ia langsung turun dari posisi duduknya di samping Daryna untuk kembali mengecek keadaan kakinya.
Masih membiru.
Dan seharusnya tadi Ares tak memberikannya ijin untuk mengenakan sepatu hak tinggi. Sial. Ini semua salahnya.
"Sayang, aku minta maaf. Mau aku panggilin dokter aj—"
"Ssstt, nggak usah. Udah gapapa kok, Al. Namanya juga terkilir ya mau gimana lagi. Jalannya pasti juga pincang."
Ares mengernyit tak suka, "Tapi itu salah aku, aku harus tanggung jawab."
"Nggak, bukan salah kamu. Ini salah aku karena aku aja yang emang ceroboh."
Ares membuang nafas lelah, wajahnya menampilkan kegusaran yang membuat Daryna mengernyitkan alisnya.
Tangan Daryna terangkat memegang pipi Ares, "Kamu kena—"
CUPP
Matanya melebar, Daryna tak menyangka Ares akan melakukan itu dengan tiba-tiba. Matanya menoleh ke sekitar takut-takut ada yang melihat mereka.
Ketika Daryna hendak melepaskan ciuman itu, Ares langsung menahan tengkuknya dan semakin memperdalam ciumannya.
Daryna menghela nafas pasrah, ia melingkarkan kedua tangannya di leher Ares. Memeluknya lalu membalas ciumannya.
Terasa sangat dalam, penuh makna, seolah menyampaikan suatu pesan yang benar-benar tak Daryna mengerti.
Raut wajah Ares sangat-sangat gusar, ciumannya pun semakin lama seolah semakin menuntut. Daryna tak tau, ada yang aneh dengan sikapnya.
Daryna menarik rambut Ares pelan hingga ciuman itu terlepas, ia melihat Ares yang masih memejamkan matanya dan terkejut saat mendapati ada air mata yang keluar.
"Al, kamu kenapa? Ada masalah? Cerita sam—"
"Ada. Masalahnya di kamu, i hurt you," bisiknya menyesal.
"No, aku udah bilang kalo kamu sama sekali nggak sakitin aku. Please, stop blaming yourself."
Ares menunduk, ia tak bisa menghentikan air matanya yang tak berhenti. Tidak, bagaimana bisa ia menangis di hadapan gadis yang ia cintai?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy
Teen Fiction#1 in Teenfiction (May 6, 2020) #11 in Teenfiction (May 8, 2020) #9 in Teenfiction (May 9, 2020) #7 in Teenfiction (May 10, 2020) #8 in Teenfiction (May 12, 2020) #8 in Romance (May 20, 2020) Ares Alejandro Siregar Denza, Bad Boy famous dari SMA Mah...