Wonwoo baru saja melahirkan anak keduanya di rumah sakit kemarin malam. Mark hari ini berniat untuk menengok adiknya itu dengan ditemani oleh suami dan anaknya.
Jaebum membantu Mark yang berjalan dengan tertatih dan perlahan. Beban diperutnya cukup berat hingga Mark tidak bisa leluasa berjalan.
Sebelah tangan Mark memeluk Jaebum, dia takut akan terjatuh. Sementara sebelah tangannya yang lain menopang pinggangnya yang sedikit pegal saat berjalan.
Tangan Jaebum yang bebas dia pakai untuk menggandeng Bambam agar bocah itu tidak lari dan menghilang. Untungnya Bambam tipe bocah yang pengertian pada orangtuanya.
Seulgi dan Hangeng yang kebetulan ada di kamar rawat Wonwoo segera menyambut kedatangan putra sulung mereka itu dengan bahagia. Karena Mark akhir-akhir ini jarang berkunjung ke rumah orang tuanya.
"Annyeonghaseyo eomma, baba." Sapa Mark dan Jaebum bersamaan.
Jaebum membungkukkan badannya sementara Mark tidak. Karena dia tidak bisa membungkuk lagi.
"Apa kabar, Markeu?" Sapa sang eomma sambil memeluk putra sulungnya.
"Aku baik, eomma."
"Kandunganmu bagaimana? Sehat kan?"
"Mereka juga sehat eomma. Eomma dan baba juga baik-baik saja kan?"
"Kami baik-baik saja Yien ah." Sang baba kini yang bergantian menjawab.
Mark tersenyum lalu mendekati Wonwoo yang sedari tadi menatap ngeri ke arah perut besar Mark.
"Heh, tatapanmu itu apa-apaan?"
"Hyung, perutmu kenapa mirip dengan balon dengan ukuran besar yang siap meletus kapan saja?" Savage emang adiknya Mark Tuan ini.
"Isinya dua ini.. Wajarlah kalau sebesar ini." Mark menjawab sambil memberikan lirikan sadis pada sang adik.
"Sama besarnya dengan ukuran perutku ketika masuk bulan kesembilan masa..."
"Sudah kubilang isinya dua... Telingamu kemana sebenarnya heh?"
"Arra, arra, aku dengar hyung. Jangan marah-marah. Kau duduk saja sana, perutmu itu pasti berat sekali. Kau lelah kan terus berdiri."
Wonwoo menatap Mark yang berjalan tertatih sambil menopang pinggang dengan kedua tangannya. Kasihan sekali sih hyungnya ini untuk duduk pun dia kesulitan. Wonwoo dapat melihatnya dengan sangat jelas nafas hyungnya yang tidak beraturan. Padahal jarak antara sofa dan tempat tidur pasien tidaklah jauh.
"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot datang kemari hyung. Kau bisa menunggu sampai aku dan adik Hyunjin pulang dari rumah sakit."
"Aku bosan terus berada di rumah. Tidak ada hal yang benar-benar bisa ku lakukan tanpa bantuan Jaebum dan Bambam."
"Bambam? Aku tidak salah dengar hyung?"
"Kau tidak salah dengar. Memangnya Hyunjin tidak membantumu?"
"Hyunjin iri dengan adiknya hyung."
Mark berpandangan dengan Jaebum yang tengah menggendong Bambam. Bisakah pasangan Im ini berbangga hati karena memiliki putra yang begitu baik seperti Bambam?
😺
😺
😺
Mark yang merasa lelah tertidur disepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit di kursi depan. Sementara Bambam tertidur di kursi belakang. Jaebum tersenyum melihat kedua kesayangannya ini kompak tertidur.Jaebum berusaha membangunkan Mark dengan lembut agar istrinya itu tidak terkejut. Mark perlahan membuka matanya dan tersenyum saat melihat wajah Jaebum tepat ada didepannya.
"Ah, sudah sampai rupanya?"
"Ayo turun, agar kau bisa istirahat lagi di kamar. Bambam biar ku gendong. Tidak apa-apa kan kalau kau jalan sendiri, sayang? Atau kau mau menungguku di kursi teras dulu?" Tanya Jaebum dengan nada lembut miliknya.
"Bantu aku untuk duduk di kursi teras, yeobo. Aku akan menunggumu disana. Bambam kau bawa masuk lalu jangan lupa gantikan bajunya sekalian ya?"
"Baiklah, ayo."
Jaebum dengan hati-hati membantu Mark keluar dari mobil lalu membantu Mark duduk di kursi. Sebelum akhirnya dia kembali ke mobil untuk membawa Bambam masuk ke rumah.
Sementara Jaebum mengurusi Bambam. Mark merasakan kakinya yang begitu pegal dan sakit setelah pulang dari rumah sakit. Sepertinya kaki Mark bengkak sekarang.
Jaebum keluar 15 menit kemudian. Jaebum mengernyitkan keningnya ketika melihat raut kesakitan di wajah istrinya itu.
"Kau kenapa sayang?"
"Kakiku sakit yeobo."
Jaebum berjongkok didepan Mark untuk memeriksa kaki istrinya. Kaki Mark bengkak. Jaebum memijat kedua kaki Mark secara perlahan, sementara Mark menahan sakit ketika kakinya dipijat oleh suaminya.
"Ayo ku gendong saja. Lalu ku lanjutkan di kamar."
"Tapi aku berat yeobo."
"Suamimu masih kuat untuk menggendongmu sayang."
Mark tampak ragu dan kasihan melihat Jaebum yang harus menggendongnya. Mark yang sedang hidup untuk tiga orang sekaligus ini sama sekali tidak ringan. Entah apa yang ada dalam otak mr. Im Jaebum ini sampai mau repot-repot menggendong istrinya.
Jaebum meletakkan istrinya di atas ranjang lalu kembali memijat kaki istrinya menggunakan minyak aroma terapi.
"Yeobo, maaf..."
"Kenapa kau minta maaf, sayang?"
"Karena aku selalu merepotkanmu. Bahkan kau pun sampai harus bekerja di rumah hanya untuk mengurusiku. Maaf, yeobo."
"Tidak apa-apa. Toh, pekerjaan kita tetap lancar kan? Tidak ada masalah dalam pekerjaan kita, jadi tidak apa-apa sayang. Selama kau dan si kembar sehat, aku tidak masalah."
Mark tersenyum manis menatap sang suami. Tatapan lembut penuh cinta bisa Mark baca dari mata suaminya.
Pantas saja Jaebum tidak keberatan, pria itu saja cinta mati padanya. Bucin macam suaminya itu mana mungkin akan mengabaikan istri dan anak-anaknya sih?
Mark hanya tertawa dalam hati saat menyadari betapa bucinnya sang suami padanya.
Tbc...........

KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Time {Markbum}
Fanfiction✔ Complete Jaebum dan Jinyoung adalah sepasang kekasih. Sementara Mark adalah sahabat Jaebum yang sudah lama memendam rasa cinta pada sahabatnya. Tapi suatu hari terungkap bahwa keduanya ternyata berkencan hanya untuk bersaing mendapatkan Mark! Mana...