Part 21

268 28 6
                                    

Jaebum menghela nafas lelah. Marknya berubah menjadi sosok yang pemurung dan pendiam setelah dicium paksa oleh Jinyoung didepannya. Sepertinya Mark masih saja merasa bersalah padanya. Padahal Jaebum sendiri sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Tapi apa benar masih hal yang sama yang Mark pikirkan?

Istrinya itu sekarang sedang duduk diam didepan jendela kamar sambil memeluk dirinya sendiri. Punggung rapuhnya menggambarkan dengan sempurna betapa besar beban yang dia tanggung dibahunya. Tapi Mark enggan untuk membagi bebannya.

Jaebum berjalan perlahan mendekati Mark lalu memeluk istrinya itu dari belakang. Mark tidak menolak pelukan Jaebum. Dia malah semakin menyamankan diri berada dalam pelukan Jaebum.

"Kau sedang memikirkan apa sayang?"

"Mamaku." Mark memandangi wajah tampan suaminya yang terlihat cemas.

"Kenapa tidak bercerita saja padaku.. Kau jelas tahu kalau aku adalah seorang pendengar yang baik untuk setiap ceritamu."

Mark mengambil nafas panjang sebelum meminta Jaebum duduk disampingnya yang segera diangguki oleh Jaebum. Pria itu membawa sang istri kedekapannya untuk membuat istrinya merasa tenang.

"Mamaku mengirimiku pesan berulang kali. Dia meminta maaf dan berharap aku kembali ke rumah."

"Lalu?"

"Dia ingin kita bercerai setelah anak ini lahir... Karena dia butuh pewaris untuk memimpin perusahaan baba.. Mama juga akan menikahkan aku dengan orang pilihan mereka.. Hatiku sakit mama terus bersikap begitu.. Kukira mama sudah menyadari kesalahannya.. Tapi ternyata sama sekali tidak.. Yeobo, aku tidak ingin bercerai darimu.. Anak ini butuh appa dan eommanya.. Bukan hanya salah satu dari mereka.. Berjanjilah padaku yeobo.. Kau tidak akan pernah meninggalkanku meski mamaku memohon padamu untuk pergi dariku.."

Jaebum semakin mengeratkan pelukannya pada Mark. Ucapan-ucapan istrinya jujur membuat Jaebum khawatir. Tapi kondisi psikologis Mark lebih membuatnya khawatir sekarang.

"Jangan mengkhawatirkan apapun sayang... Aku akan tetap disini bersamamu.. Bukankah pernah kukatakan kalau aku akan selamanya mencintaimu? Aku akan bertahan dan berjuang untuk kita sayang. Lagipula kau benar, baby butuh kita berdua untuk tetap berjalan bersama." Ucap Jaebum sambil mengelus perut istrinya.

Mark mengeratkan pelukannya pada Jaebum. Segala kekhawatiran dan kecemasan datang dan pergi dari hidupnya. Tapi calon anaknya dengan Jaebum adalah penguat untuk dia bertahan dan terus berjuang bersama Jaebum. Tanpa perlu mempedulikan apa kata orang lain.
🐰
🐰
🐰
Ibu Mark kembali datang ke flat Jaebum. Suaminya sendiri yang membukakan pintu. Kali ini ibu Mark datang bersama Jinyoung. Entah untuk tujuan apa. Melihat sosok Jinyoung, seketika perut Mark menjadi mual. Karena bayangan ciuman paksa dari pria itu kembali melintas dibenaknya.

Mark memilih pergi dari sana dan membiarkan Jaebum yang menemui mereka. Perutnya tidak mau diajak berkompromi sekarang. Mual terasa mengaduk-aduk perutnya. Membuat Mark memilih mengasingkan diri dikamar mandi serta mengunci pintu kamar mandi dari dalam untuk mencegah siapapun masuk.

Mark terduduk dikloset. Mengusapi perut mualnya yang tak bisa dia muntahkan karena dia juga merasa sangat tegang sekarang. Sungguh tidak nyaman sekali untuk Mark. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Suara ketukan dipintu kamar mandi terdengar. Tapi Mark memilih untuk diam sampai suara Jaebum terdengar memanggil namanya dengan nada cemas. Mark segera beranjak untuk membuka pintu kamar mandi.

Benar saja wajah cemas Jaebum tergambar dengan jelas disana. Mark segera masuk kepelukan suaminya tanpa pikir panjang.

"Mamaku sudah pulang yeobo?" Tanya Mark dengan pelan dipelukan Jaebum.

Just One Time {Markbum}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang