Part 15

370 43 2
                                        

Siang hari saat memasuki jam makan siang di kampus. Mark yang akhir-akhir ini sering mual saat mencium aroma makanan tertentu. Lebih memilih untuk makan bekal yang sudah dimasak oleh Jaebum tadi pagi di flat mereka.

Dia sekarang sedang duduk bersama dengan Eunwoo kekasih Yugyeom. Akhir-akhir ini keduanya menjadi dekat. Karena tiga ksatria penjaganya selalu menghilang entah kemana saat memasuki jam makan siang.

Kemana sih perginya tiga pria menyebalkan itu? Mark kan tidak suka ditinggal sendirian begini. Eh, tidak benar-benar sendirian sih. Karena masih ada Eunwoo yang menemaninya. Tapi Mark merasa canggung, karena belum terlalu lama mengenal Cha Eunwoo. Uke cantik dari jurusan drama yang juga kekasih Yugyeom.

Mark baru saja menutup kotak bekal setelah menghabiskan isinya. Ketika dari kejauhan dia melihat Junhui sedang berjalan sambil menyeret seseorang. Siapa yang diseret oleh sahabatnya itu?

"Itu siapa yeobo?" Tanya Mark pada Jaebum yang tiba-tiba saja sudah duduk disampingnya entah muncul darimana.

"Lihat saja sendiri sayangku." Jaebum tampak enggan memberikan jawaban.

"Wonwoo...?" Bisik Mark.

"Jun er, kenapa kau menyeret orang ini kehadapanku?" Bisik Mark pada Junhui yang berdiri tepat didepannya sambil memegangi kerah baju Wonwoo.

"Dia adalah dalang dari segala pembullyan yang kau terima di kampus selama ini xiao Yi!" Junhui murka pada pria yang tadi diseretnya itu.

"Kau!? Kenapa kau melakukannya hah!? Memang apa masalahmu denganku!?" Mark mengamuk pada Wonwoo.

"Masalahku!? Apa masalahku!? Masalahku hanya satu, aku tidak suka melihat anak seorang pembunuh hidup bahagia. Aku ingin dia ikut merasakan sedikit dari rasa sakitku." Wonwoo mengawali ucapannya dengan penuh kemarahan dan mengakhirinya dengan tangis.

Tangisan Wonwoo membuat Mark mengerutkan keningnya. Siapa yang Wonwoo maksud dengan pembunuh? Babanya atau malah mamanya? Siapa yang dibunuh oleh orangtuanya? Orangtua Wonwoo kah?

Benak Mark dipenuhi dengan segala macam asumsi baik tentang orangtuanya maupun juga tentang hubungan Wonwoo dengan salah satu orangtuanya.

"Minta maaf pada Yien.. Cepat!!" Bentak Junhui.

"Tidak sudi!! Aku tidak sudi meminta maaf pada jalang penggoda sepertinya!! Murahan!! Cuih.." Wonwoo meludah didepan Mark dengan maksud untuk menghina pria didepannya ini.

Mata Mark membesar saat mendengar umpatan Wonwoo padanya. Apa sebenarnya masalah orang satu ini padanya? Sungguh kebenciannya ada diluar batas normal.

Wonwoo yang merasa terdesak karena terus dipaksa oleh Junhui untuk meminta maaf. Akhirnya meledak marah. Dia hampir saja memukul ulu hati Mark, tapi untung saja segera ditahan oleh Junhui. Dia diberikan bantingan oleh Junhui sebagai hukuman sudah berani berniat melukai Mark didepan Junhui dan Jaebum.

Sementara Jaebum memilih membawa Mark menjauh dari tempat itu. Jaebum berniat untuk mengantarkan Mark pulang. Karena dia tahu bahwa Mark sedang shock sekarang.

"Yeobo, perutku sakit.."

Mark mengeluh pada Jaebum, ketika keduanya berada di klinik kampus. Jaebum yang melihat wajah pucat Mark segera membawa tunangannya itu ke klinik.

Jackson sang dokter klinik yang tengah berjaga pun mengangkat sepasang alisnya. Ada apa lagi kali ini dengan Mark? Batin Jackson.

"Tolong periksa tunanganku, Jack hyung.. Aku takut terjadi sesuatu dengan kandungannya."

Jackson membelalakkan matanya. Dia terkejut mendengar ucapan Jaebum. Peri cantik yang dia cintai ini sedang hamil? Apakah peri cantiknya ini hamil dengan Jaebum? Batin Jackson.

"Anakmu?" Tanya Jackson dengan wajah bodohnya.

"Tentu saja anakku. Masa anak tetanggaku sih, hyung. Kau yang benar saja?" Gerutu Jaebum.

Jackson segera memeriksa peri cantiknya itu. Untung saja Mark dan kandungannya baik-baik saja. Dia hanya terkejut dan sedikit shock. Selebihnya tidak ada masalah yang berarti. Jaebum dan Mark bisa bernafas lega sekarang.

"Kapan kau berniat untuk menikahinya Jay ah?"

"Secepatnya, Jack hyung. Karena perut Mark tidak akan bisa menunggu lebih lama lagi."

"Kandungan Mark memang kuat. Tapi fisiknya kurasa tidak terlalu baik. Jadi, lebih berhati-hati lagi saat menjaga tunangan cantikmu itu Jay ah."

"Arraseo hyung. Aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa untuk menjaga keduanya."

Mark merasa tersentuh melihat kesungguhan tunangannya ini. Bukankah sebenarnya Jaebum boleh saja meminta Mark untuk melakukan aborsi? Atau malah menolak untuk mengakui anaknya? Tapi pria itu lebih memilih mengambil segala bentuk tanggung jawab itu untuk dirinya sendiri.

Sungguh Mark, apa kau ini korban dari drama televisi yang biasa dilihat oleh Sica eommamu?
🐰
🐰
🐰
Mark dan Jaebum memilih untuk melewatkan jadwal kuliah terakhir hari itu. Wajah pucat Mark membuat Jaebum lebih memilih membawa tunangan cantiknya itu kembali ke flat mereka.

Selang beberapa waktu kemudian, keduanya dikejutkan dengan kedatangan Kibum dan Jessica yang berniat untuk membicarakan perihal pernikahan keduanya.

Jaebum sudah melamar Mark secara resmi pada kedua orangtua angkat Mark ngomong-ngomong. Mereka juga sudah merestui keduanya agar segera menikah.

Kini keduanya mendesak Mark dan Jaebum untuk segera menikah. Bahkan mereka sudah membawa brosur-brosur dari wedding organizer.

Mark hanya mengangguk saja. Perutnya masih terasa tidak enak saat ini. Dia harap bisa segera berbaring. Tapi tidak sopan meninggalkan orangtuanya hanya bersama dengan tunangannya saja.

Tak lama kemudian Kibum appa mendapat telepon dari rumah sakit. Lalu mereka berdua pun pamit pulang.

Mark menyandarkan tubuhnya pada tubuh tunangannya setelah kedua orangtuanya itu pulang.

"Kau kenapa sayang?"

"Perutku tidak nyaman, yeobo."

"Nyeri?"

"Tidak.. tidak nyeri hanya terasa begah saja."

Jaebum membantu Mark bangun dari duduknya lalu menuntun tunangan cantiknya itu menuju ke kamar mereka. Perlahan dia mendudukkan Mark di atas ranjang. Lalu membantu pria cantiknya itu berbaring di ranjang.

Mark tersenyum menatap prianya itu. Bahkan hanya dari bahasa tubuhnya saja Mark sudah tahu sedalam apa cinta pria ini padanya.

"Yeobo, maaf sudah merepotkanmu." Mark tiba-tiba merasa bersalah pada prianya ini.

"Hei, kau ini bicara apa sih? Merepotkan apa? Aku melakukannya dengan senang hati kok. Sekarang istirahatlah. Aku akan membangunkanmu ketika sudah memasuki jam makan malam."

"Temani aku tidur, yeobo."

Jaebum naik ke ranjang lalu membawa Mark kedalam pelukannya. Membiarkan pria cantiknya itu tertidur lelap dalam pelukannya.

Jaebum bangun dari tidurannya setelah dia yakin bahwa Mark sudah tidur lelap. Dia segera mengganti bajunya lalu berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam mereka.

Sambil mempersiapkan bahan-bahan masakan ingatannya melayang pada keinginan para orangtua. Mereka ingin Jaebum dan Mark untuk segera menikah.

Jaebum menghembuskan nafasnya dengan berat. Dia dan Mark masih kuliah sekarang. Mereka berdua masih muda. Apa pernikahannya bisa berjalan dengan baik? Apa dia bisa menjadi suami sekaligus appa yang baik untuk keluarga kecilnya kelak?

Jaebum bukannya tidak percaya diri. Hanya saja saat ini dia sedang mempertanyakan kapasitas dirinya sendiri. Dia hanya sedang mengukur kemampuan dirinya. Karena dia tidak ingin mengecewakan Mark dan calon anaknya kelak.

Tbc......

Just One Time {Markbum}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang