08. Rendezvous

3.5K 356 15
                                    

(ಥ_ಥ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ಥ_ಥ)

Kali ini Adam benar-benar pasrah. Ia hanya berharap pada yang kuasa atas kehidupannya, ia tidak berharap banyak, karena ia tahu hidupnya akan sama, tidak akan ada yang berubah.

Adam hanya tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit, masker oksigen pun masih setia menemani anak cowo itu. Sakit. Itulah yang dirasakan seorang Adam setiap harinya, ingin rasanya ia sembuh, namun sayang, sang Ayah tidak memberikan kesempatan untuk ia merasakan sebuah kesembuhan.

Dalam tidurnya, Adam meneteskan air mata. Ia tidak tahu harus berlindung pada siapa, tidak ada seorangpun yang melindunginya. Kadang, Adam benar-benar kecewa, menerima kenyataan bahwa ia harus hidup dibawah banyaknya tekanan yang tiada henti. Adam selalu mengkhayal, ia dapat merasakan sebuah kebahagiaan, namun ia pun selalu menepis hal itu, karena ia tahu itu tidak akan terjadi di hidupnya.

(ಥ_ಥ)

Bumi, ia sedang memainkan ponselnya seraya menggerak-gerakkan kakinya. Ia sedang duduk di sebuah kursi tunggu, di sebuah rumah sakit. Lantas keasikannya bemain ponsel diusik oleh sang Bunda.

"Hp terusss" ucap Andin yang baru keluar dari kamar rawat, sembari terkekeh melihat sang anak yang terlalu serius bermain ponsel itu

Bumi tersenyum sembari menatap Andin, lantas ia mematikan ponselnya dan memasukkan nya ke dalam kantong celana. Bumi bangkit dari duduknya, lantas ia merenggangkan tubuhnya yang pegal karena cukup lama menunggu Bundanya itu.

"Gimana keadaan temen Bunda?" tanya Bumi penasaran

"Udah baikan, lagian kamu bukannya masuk aja tadi" jawab Andin, lantas ia mengacak rambut anaknya dengan gemas

Bumi mengernyit, "Euhh, Bunda 'kan tau Bumi gak suka bau rumah sakit, bau obat"

Andin terkekeh, "Ya namanya rumah sakit, pasti bau obat lah"

"Yaudah ayok pulang, Bun. Pusing aku nyium bau obat-obatan" keluh Bumi. Anak itu memang tidak menyukai rumah sakit, ia juga sangat jarang mengunjunginya. Benar. Siapapun tidak akan betah berlama-lama di rumah sakit.

Keduanya pun melangkah meninggalkan tempat itu. Andin merangkul putranya sembari menceritakan siapa temannya yang tadi. Andin rela datang kesini demi temannya itu.

Andin menghentikan langkahnya di lobi rumah sakit. Lantas ia menengok ke belakang.

"Kenapa Bun?" tanya Bumi

"Sebentar" ucap Andin, lantas ia kembali ke jalan yang tadi ia lalui

Andin berlari kecil, ia seperti sedang mengejar sesuatu. Di sana Bumi hanya mengikuti sang Bunda dengan berjalan santai. Andin menghentikan langkahnya, saat seorang wanita di depannya menghentikan langkahnya juga.

"Mbak Ira" ucap Andin dengan nafasnya yang ngos-ngosan

Wanita itu membelalakkan kedua matanya, saat melihat siapa yang memanggil namanya. Lantas kedua tangannya bergerak menepis air mata yang bersiap untuk turun.

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang