19. His Past

2.6K 230 16
                                    

(ಥ_ಥ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ಥ_ಥ)

FlashbackOn

Adam turun dari mobil Ayahnya, lantas ia pergi masuk ke area sekolah. Ia masih SD, kelas 5. Hari-hari Adam di Sekolah Dasar tidak semulus dan seindah orang lain. Ia tidak mempunyai kenangan bahagia yang dapat ia ceritakan ketika kelak ia beranjak dewasa.

Adam berusaha tersenyum saat ia ingin melangkahkan kakinya untuk masuk ke kelas. Suasana kelas yang berisik membuat Adam pusing mendengarnya. Ia berjalan menuju mejanya, lalu ia duduk di kursinya. Adam mengeluarkan buku dari tasnya yang akan ia taruh di loker bawah meja.

Adam membuka loker itu, lantas kedua netranya menangkap hal yang sangat membuat hatinya terenyuh. Adam mengambil sampah-sampah kertas itu dari dalam lokernya. Itu bukan sampah kertas biasa. Itu semua adalah kertas berisi kata-kata keji. Adam membacanya satu-satu, ia terlalu sering menerima hal seperti ini, namun entah kenapa ia selalu penasaran akan tulisan-tulisan di masing-masing kertas.

'Semoga hari ini dia gak masuk ya, bikin repot guru saja'

'Kalau memang sakit tidak usah sekolah sekalian'

'Dasar penyakitan, kamu pasti curang kan dalam nilai'

'Halah, sering bolos kok nilainya selalu bagus. Kamu pasti nyogok pakai uang ayahmu'

'Mentang-mentang orang kaya kamu berlagak seenaknya'

'Mati saja lah kamu, bikin repot'

'Aku gak yakin dia bakal hidup sampai hari kelulusan'

'Adam. Cowok lemah di sekolah kita masih hidup ternyata'

'Dia gak ikut mapel olahraga tapi nilainya tidak pernah kosong'

Setelah membaca semua itu Adam pergi ke luar dan membuang semua itu ke tempat sampah. Ah. Ia sedih membacanya. Semua itu berisi kata-kata kebencian, tidak ada yang menyayanginya.

Adam selalu berpikir apa salahnya terhadap teman-teman kelasnya. Ia memang tidak ikut dalam mapel olahraga karena memang tidak di izinkan oleh sang Ayah dan Guru mapelnya. Tapi, bukan berarti ia tidak menerima tugas, Adam menekuni mapel olahraga dengan membuat catatan di buku, maka dari itu nilainya tidak pernah kosong. Walaupun Adam sering tidak masuk, namun ia akan menerima tugas tambahan dari guru untuk memenuhi nilainya yang tertinggal.

Apa mereka tahu? Seperti apa penderitaan Adam? Mereka hanya bisa menulis dengan kata-kata menyedihkan, padahal mereka hanyalah bocah ingusan.

Adam berusaha tidak perduli dengan semua itu. Di kelas, saat guru menjelaskan materi Adam selalu menyimak. Beda dengan teman-teman kelasnya yang malah membicarakan ia yang masih hadir dan masih hidup di dunia ini. Sungguh iblis mereka semua.

Adam tiba-tiba saja meneteskan air matanya. Ia tahu ia sedang jadi bahan pembicaraan orang-orang di kelasnya kecuali sang guru. Ia kesal, ia kecewa, dan ia marah. Adam duduk sendirian, tidak ada yang ingin menjadi chairmate nya Adam dengan alasan takut tertular penyakitnya. Padahal, penyakit Adam tidak menular sama sekali. Mungkin memang karena alasan benci terhadap Adam.

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang