(ಥ_ಥ)
Ke empatnya sampai di rumah Adam. Raden yang memapah tubuh Adam dari mobil sampai ke dalam rumah. Sedangkan disana, Darel lah yang membawa tas milik Adam, dan Bagas membereskan kasur milik Adam.
Raden membaringkan tubuh Adam ke atas kasur, lantas ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Adam.
"Makasih ya gaess" ucap Adam pelan
Ketiganya mengangguk. Raden duduk di sisi ranjang Adam, ia memandangi anak itu dengan tatapan sendu. Sedangkan disana Darel duduk di kursi putar milik Adam, lain dengan Bagas yang malah menikmati angin di balkon kamar Adam.
"Gak ke rumah sakit aja, Dam?" tanya Raden
Adam menggeleng, "Gausah, gue gapapa"
"Oh iya, kalian balik sebelum ayah gue pulang ya" ucap Adam
"Santuy, Dam" sahut Darel. Memang ketiganya sudah sangat mengenal sifat ayahnya Adam yang tempramental, jadi mereka akan selalu pulang lebih cepat ketika main dirumah Adam.
Adam menghela nafasnya, ia menatapi sahabatnya satu-satu. Lantas ia mengusap wajahnya, "Gue pengen kabur rasanya"
Darel mengangkat kedua alisnya, "Nyari mati lo, Dam"
Adam menggeleng pelan, "Gue pengen nyari Bunda, bukan nyari mati"
"Bukannya Bunda lo itu udah...." ucap Raden menahan ucapannya
Adam mengangguk, "Iya, tapi gue curiga sama ayah. Masa selama gue hidup, gue gak dikasih tau makam Bunda dimana"
"Serius? Jadi lo gak tau, makam Bunda lo dimana?" Tanya Darel kaget, Adam hanya menggelengkan kepalanya
"Dam, ayah lo ngapa dah balik anjiir?" ucap Bagas yang muncul dari balkon
Adam membelalakkan kedua matanya, "Demi apa?"
"Serius, Dam" ucap Bagas panik
"Terus, kkkita gimana dong" ucap Darel gugup
Adam bangkit dari kasurnya, ia berniat untuk mengantar sahabat-sahabatnya keluar dari rumahnya, "Gue anter, santai aja"
Adam berjalan pelan, diikuti oleh ketiga sahabatnya yang berjalan mengikuti Adam. Mereka menuruni anak tangga satu per satu. Raden meneguk salivanya. Gugup karena di ruang tamu ada Raka, ayahnya Adam.
Raka menatap keempat anak cowo yang baru saja turun dari tangga. Ia menghela nafasnya kasar. Adam tidak menatap ayahnya sama sekali, ia sangat malas untuk beradu argumen dengan sang ayah.
"Om kami pulang dulu ya" ucap Bagas memberanikan diri
Lantas ketiganya keluar rumah dengan tergesa, Adam hanya terkekeh kecil saja melihat ketiga sahabatnya itu takut dengan sang ayah. Lantas, Adam membukakan gerbang rumahnya, disana sudah ada mobil putih yang sedari tadi terparkir di depan rumahnya, itu mobil milik Raden. Tentu bukan Raden yang mengendarai, tapi supirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [✔]
Fiksi PenggemarSetiap rahasia akan terbongkar pada waktunya, dan setiap tanda tanya pasti akan ada jawabannya. © Kalejengga Mars, 26 Maret 2020 Cover by neomuchoaa 020420 #2 in Perasa 090420 #1 in Tanya 120420 #4 in Sick 180420 #2 in Batin 030520 #3 in Jahat 040...