29. La Verdad

1.8K 180 6
                                    

(ಥ_ಥ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ಥ_ಥ)

"Aww"

"Pelan-pelan, Bun"

Terdengar suara rintihan kecil dari ruang keluarga. Di sana, Andin sedang mengobati luka-luka di wajah Bumi, hasil bogeman dan tonjokan dari Nino tadi siang di sekolah. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, di sana juga ada Adam yang sedang memandangi kegiatan obat-mengobati itu.

Andin mengolesi obat merah di beberapa luka, termasuk luka di ujung bibir. Wajah Bumi benar-benar kacau saat ini, banyak luka lebam dan goresan. Adam ikut meringis ketika luka sang kakak di baluri obat merah. Ia ngeri melihatnya. Nino benar-benar kejam.

Setelah selesai, Andin pergi ke dapur untuk membuatkan jus alpukat. Bumi terdiam. Ia benar-benar merasa sangat bodoh hari ini. Hei ingat bukan, ia ingin melindungi adiknya dari Nino. Tapi, dirinya sendiripun jadi korbannya Nino. Sungguh, Bumi benar-benar malu hanya sekedar untuk menatap mata adiknya yang sedari tadi memandanginya.

Anak itu terus memandangi sang kakak dengan tatapan nanarnya. Ia merasa tak tega, melihat kembarannya dengan wajah yang penuh luka. Harusnya ia saja yang berada di posisi itu, karena sungguh ia lebih jago menahan rasa sakit dibanding sang kakak. Adam menghela nafasnya, ia merasa ada kejanggalan dalam masalah ini. Namun entah apa, ia tidak mau menerka-nerka.

Andin membawa dua gelas jus, warna gelasnya beda, yang satu bening dan satunya gelas kaca berwarna biru. Lantas Andin memberi keduanya jus itu.

"Gak pakai gula 'kan, Bun?" tanya Adam pada Andin

Andin menggeleng, lantas ia mengelus rambut Adam, "Enggak dong, makanya Bunda bedain warna gelasnya, biar gak ketuker"

Andin duduk di tengah-tengah keduanya. Lantas ia merangkul pundak Bumi, "Gapapa, ga usah naro dendam sama Nino, gak baik"

Bumi menghela nafasnya kasar, "Bun, apanya yang gapapa. Kemarin Adam kayak gitu emang gara-gara siapa, Bun. Gara-gara Nino, Bunda"

"Kalo gini caranya gimana Bumi mau lindungin Adam coba" ucap Bumi sembari menghapus air matanya yang hampir saja turun, lantas ia bangkit dari duduknya dan berjalan pergi ke kamarnya. Bahkan jus itu masih penuh, belum ia minum sama sekali.

Adam memandangi kepergian sang kakak. Sampai punggung itu tidak terlihat lagi dari pandangannya. Adam mengalihkan tatapannya pada sang Bunda yang duduk di sampingnya, lantas anak itu tersenyum kecil.

"Bener, kamu kayak gini gara-gara Nino?" tanya Andin

Adam mengangguk pelan, "Adam udah gapapa kok, Bun"

Andin mengangguk pura-pura percaya akan keadaan itu. Namun, ia tidak boleh terlihat sedih sama sekali walaupun ia tahu kenyataan anak di depannya itu benar-benar dalam keadaan buruk bahkan sampai detik ini. Adam menghela nafasnya halus, seraya menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak gatal.

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang