(ಥ_ಥ)
Bumi mendapati Andin menangis di dalam kamarnya, pintu kamar Andin memang tidak pernah tertutup rapat. Celah kecil itu lah yang membuat Bumi tahu Andin menangis.
Bumi memandangi Andin yang sedang menangis, ia berdiri di depan pintu. Lalu ia melengos pergi ke kamarnya. Setiap Bumi lewat kamar Andin, ia selalu bertanya-tanya apa yang Bundanya tangisi. Bumi sudah melihat kejadian itu sejak ia duduk di bangku kelas 5 SD, dan sampai saat ini Bumi selalu dihantui rasa penasaran setiap malamnya.
Keesokan harinya, Bumi tidak menemui Andin di rumah. Lantas Bumi pergi ke luar, mencari tukang kebun di rumahnya.
"Mang, Bunda kemana ya?" tanya Bumi saat menemui tukang kebunnya yang sedang menyirami tanaman
Tukang kebun yang dipanggil Mang itu menoleh ke arah Bumi yang sedang berdiri di dekat taman, "Itu Mas Bumi, Bu Andin pergi ke cafe, katanya ada klien"
Bumi manggut-manggut mendengar penjelasan dari Mamang tukang kebun itu, "Ouh gitu ya, Mang. Makasih deh, Bumi masuk lagi" ucapnya
Lantas Bumi berinisiatif untuk masuk ke dalam kamar Andin. Bumi melangkah ke depan kamar Andin, ia mengurungkan niatnya saat berdiri di depan pintu kayu itu. Bumi menghela nafas kasar karena ia bingung harus apa.
"Bun, maaf ya. Tapi, Bumi penasaran" ucap Bumi sembari memegang kenop pintu
Lantas anak jangkung itu membuka pintu kayu coklat itu, ia masuk ke dalam kamar itu. Lantas, Bumi pergi ke meja rias milik Andin.
Bumi menggeser skincare milik Bundanya itu perlahan, lantas ia tidak menemukan apa yang ia cari.
"Dimana ya" gumamnya sembari terus mencari
Setelah kurang lebih 15 menit Bumi mencari, ia terdiam saat melihat foto USG yang tersimpan di laci, ditutupi oleh kertas putih polos bertuliskan tanggal 12 Desember 2003.
Ia mengambil foto itu, lalu memotretnya dengan kamera ponsel miliknya. Ia melihat foto itu, lantas ia merotasikan kedua matanya.
"Dua belas desember dua ribu tiga, dua siapa? sebelum gue lahir berarti" gumamnya, lantas ia mengembalikan foto itu pada tempatnya. Bumi melenggang pergi dari kamar Andin, lantas ia duduk di sofa sembari terus memandangi foto USG di ponselnya
"Ko dua ya bayinya" gumam Bumi bingung, karena ia hanya tahu ia anak tunggal di keluarganya
"Bumi, lagi apa?" ucap seseorang yang membuat Bumi terjungkal ke samping sofa, Bumi bukan orang yang baik-baik saja jika dikageti. Itu Andin, ia yang mengageti anaknya sendiri.
Bumi mengatur nafasnya sembari menyembunyikan ponselnya di samping badannya, "Bundaa ih"
"Lagi liat apa sih? Serius banget?" tanya Andin
Bumi terdiam, ia menaruh ponselnya diatas meja, "Ahhh enggak, Bun. Tadi Bumi lagi liat foto USG"
"Heh, USG punya siapa?" tanya Andin kaget. Bumi tipe orang yang sulit untuk berbohong, ia bisa saja berbohong tapi ia akan terus gagal
"Liat di google, Bunda. Lucu banget bayinya, kayak di foto USG yang di kamar Bunda itu" ucap Bumi sembari terus membongkar rahasianya sendiri, ia terus memukul pelan bibirnya
Andin terdiam mendengar ucapan anaknya, ia melirik Bumi dengan tatapan tiada arti.
"Kamu tau?" tanya Andin, yang membuat Bumi menaikkan kedua alisnya bingung
"Sini HP kamu!!" ucap Andin sembari meminta ponsel anaknya itu. Lantas Bumi mengambil ponselnya dan memberinya pada Andin, ia tidak dapat berkutik karena Bundanya itu tegas dan seram.
"Maaf ya, Bun. Abisnya Bumi udah penasaran banget dari dulu, Bumi nanya gak pernah di jawab. Sekarang jawab dong, Bun" ucap Bumi
Andin menatap foto USG nya pada 2003 silam, ia tersenyum tipis lalu menghapus foto itu dari ponsel anaknya.
"Bunda yang minta maaf udah buat kamu penasaran" ucap Andin. Ia merasa bersalah atas apa yang ia tutupi dari anak sulungnya itu
Bumi menghela nafasnya halus, "Kasih tau ya, Bun?"
Andin mengangguk, ia menaruh ponsel hitam itu keatas meja. Lalu ia ke kamar dan mengambil foto USG itu, lantas ia kembali dan memberi foto USG itu pada anaknya.
"Kamu pasti heran kan? Disitu ada dua bayi?" ucap Andin, yang dibalas anggukan oleh anak sulungnya itu
"Dia kembaran kamu" ucap Andin. Lantas di sana Bumi membelalakkan kedua matanya, ia menatap Andin bingung
"Kk-kembaran gimana maksudnya?" tanya Bumi sembari menatap foto itu
Andin mengangguk, lantas ia menyeka air matanya yang memburu untuk lepas landas itu, "Namanya Adam, dia diambil ayah kamu pas kalian baru aja lahir"
Bumi menelan Saliva nya. Berusaha memahami ucapan Andin barusan. "Jadi, harta yang Bunda maksud itu, kembaran aku?" tanya Bumi
Andin hanya mengangguk pelan, ia tak kuasa menahan tangisnya karena rasa rindu yang mendalam pada anak bungsunya itu, "Bunda udah cari, tapi seperti yang kamu tau. Kita gak tau Ayah kamu tinggal dimana"
"Bumi kakak atau adik, Bun?" tanya Bumi yang menatap sendu foto USG itu
"Kamu kakak" jawab Andin singkat
Bumi melengkungkan bibirnya, ia merasa sedih mendengar cerita singkat Andin barusan, "Adam gimana ya, Bun. Mirip aku gak ya?" ucap Bumi penuh tanda tanya
Andin menggelengkan kepalanya, "Bunda gak tau, Bunda liat Adam aja cuma beberapa menit doang. Cuma foto USG itu yang Bunda punya" ucap Andin sembari meneteskan air matanya
Bumi menghela nafasnya, "Kita cari Adam yuk, Bun"
Andin menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan anak sulungnya itu, "Post di sosmed kali ya"
Bumi mengangguk, "Boleh tuh, Bun. Jadi lebih gampang nyarinya"
"Yaudah nanti Bumi post ya, Bun" ucap Bumi, yang dibalas anggukan oleh Bundanya
(ಥ_ಥ)
Gajelas bat sumpah
Pen nangisMaapin gak seruu
Tengkyu
Cr neomuchoaa
Mars, 2 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [✔]
FanfictionSetiap rahasia akan terbongkar pada waktunya, dan setiap tanda tanya pasti akan ada jawabannya. © Kalejengga Mars, 26 Maret 2020 Cover by neomuchoaa 020420 #2 in Perasa 090420 #1 in Tanya 120420 #4 in Sick 180420 #2 in Batin 030520 #3 in Jahat 040...