31. Helplessness

2.2K 210 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(ಥ_ಥ)

Oakkkk

Oakkkk

"Cupcupcup, anak Ayah gak boleh nangis dong, masa jagoan Ayah nangis" ucap Raka saat Adam harus di rawat di rumah sakit untuk pertama kalinya dalam hidup Adam

"Adam kan anak baik, Adam gak boleh jadi anak nakal ya kalau sudah besar nanti. Nanti, kalo Adam nakal Ayah sedih" ucap Raka sembari mengelus-elus rambut bayi itu

Adam tidak pernah tahu, bahwasanya sang Ayah pernah menyayanginya pada saat itu. Saat dimana ia didiagnosis memiliki penyakit itu, Raka sangat menyayangi Adam saat itu. Sungguh, Raka benar-benar menyayangi Adam, sebelum kehadiran Nino. Setelah Nino hadir di dalam kehidupan Raka, semua berubah. Ibu dari Nino yakni Audi, meminta untuk menelantarkan Adam dan lebih menyayangi Nino, padahal yang seharusnya menerima kasih sayang itu Adam. Bukan Nino. Bodohnya, Raka seakan terhipnotis oleh bujukan Audi, bahkan sampai detik ini.

"Mbak Ira, saya titip Adam. Urus semua pengobatan dia, saya gak perduli lagi" ucap Raka sembari memakai jasnya, di sana Adam kecil sedang tertidur di atas stroller

Semenjak Nino lahir ke dunia ini, awan hitam selalu menemani hari-hari Adam. Tidak ada kebahagiaan, tidak ada tawa, tidak ada rasa sayang lagi dalam hidupnya. Adam tersiksa karena Nino telah lahir ke dunia ini. Adam tidak tahu, jika dulu ia pernah merasakan kasih sayang dari Ayahnya, walaupun cuma sebentar.

--

"Damm" teriak Bumi saat melihat adiknya itu sudah berlumuran darah di tengah-tengah lapangan basket

Bumi berlutut, di samping adiknya. Ia menutup wajahnya frustasi, ia gagal. "Tolong kasih sedikit waktu lagi, Bumi mohon" ucap anak itu sembari menangis

Lantas anak itu menaruh kepala Adam di pangkuannya, berharap Adam masih memiliki sisa-sisa tenaga untuk sampai di Rumah Sakit. Bumi mengeluarkan ponselnya, menelpon ambulan agar segera datang ke sekolahnya. Bumi mengelus pipi Adam penuh kasih sayang, membersihkan darah-darah kering itu menggunakan bajunya.

"Dam, tolong tahan sebentar" ucap Bumi sembari menangis, ia tidak tega melihat adiknya babak belur seperti ini. Ia tidak terima, ia benar-benar marah.

Berselang beberapa menit, tim medis datang berlarian ke lapangan basket di sekolah itu. Di sana Bumi sudah ditemani oleh Raden, Bagas, dan Darel tentunya. Tim medis langsung mengangkat tubuh Adam dan menaruhnya di brankar, mendorong brankar itu dan memasukkannya ke dalam mobil ambulan. Bumi mengikuti dari belakang, lantas ia masuk dan duduk di dalamnya.

Bumi terus menggenggam tangan Adam. Berharap dapat mengirim kekuatan untuk Adam bertahan. Bumi takut. Ia sangat takut saat ini, ia sangat khawatir dan berpikir yang aneh-aneh akan terjadi. Namun, bagaimana pun Bumi terus mendoakan Adam agar anak itu baik-baik saja, walaupun ia tahu Adam tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang