17. You OK Without Your Daddy

3.1K 249 9
                                    

(ಥ_ಥ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ಥ_ಥ)

Di dalam keheningan malam itu, Adam menahan tangisnya. Hatinya membiru bahkan hancur, raganya melemah, dan pikirannya lelah. Ia masih belum mengerti mengapa Ayahnya sangat tidak menyukai dirinya. Adam memeluk gulingnya dengan selimut yang menutupi tubuh kurusnya itu, ia belum tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul 12:30 dini hari. Ia tidak bisa tertidur, kedua matanya sembab dan hidungnya tersumbat karena ia menangis dalam diamnya, ia takut mengganggu sang kakak.

Namun, Bumi pun belum tertidur, ia dari tadi mendengar tangisan adiknya yang sangat mendalam itu. Walaupun samar-samar, namun Bumi masih bisa mendengar isakkan itu. Bumi pun membiarkan sang adik menangis, karena itu mungkin dapat membuat adiknya sedikit lega.

Keesokan harinya, Adam terbangun di siang hari. Tenang, sekarang ia sudah lulus dan tidak harus bangun pagi lagi. Namun, bukan itu alasannya. Adam terbangun siang karena ia sedang sakit, jadi Andin memilih untuk membiarkan anaknya itu beristirahat.

Di sana Bumi sudah menyiapkan berkas-berkas untuk mendaftar sekolah. Ia duduk di karpet dengan berkas-berkas yang berserakan. Ia juga memasukkan berkas-berkas milik Adam, seperti KK, Akta, dan hasil UN sementara. Sesekali Bumi mengecek sang adik karena ia takut adiknya itu mengeluh kesakitan.

Tak lama, Adam membuka kedua matanya. Matanya sangat berat karena semalaman ia menangis. Sungguh sangat sesak dadanya, ketika mendengar ucapan sang ayah.

Kata-kata Ayahnya itu terus berputar di otaknya. Ia terus mengingat kejadian kemarin. Untung Adam tidak collapse saat menghadapi kata-kata iblis ayahnya kemarin. Adam mengubah posisinya menjadi duduk, ia menatap sang kakak yang sedang memasuk-masukkan berkas ke dalam map.

"Kak, sekarang jam berapa?" tanya Adam pelan

Bumi menoleh, "Udah bangun lo, sekarang jam 11 siang" ucap Bumi

"Kalo masih capek istirahat aja dulu, gapapa kok" ucap Bumi saat adiknya itu hendak turun dari ranjang

Adam menggeleng, "Enggak ah, gue gapapa" ucapnya sembari menuruni ranjang

"Biar gue bantu" ucap Adam sembari duduk di sebelah sang kakak

"Gak usah, udah selesai kok" ucap Bumi, karena memang semuanya sudah beres

Adam terdiam. Ia menatap kosong ke depan. Hatinya masih berkabung. Ia sangat sedih. Lantas, Bumi menepuk pundak sang adik, agar tidak bengong.

"Ga usah dipikirin, masih ada gue, Bunda, dan temen-temen lo. Banyak yang sayang sama lo, Dam" ucap Bumi

Adam menghela nafasnya, "Tapi gue belum ngerasain itu dari Ayah"

Bumi tersenyum, "Gue juga belum" ucapnya

"Setidaknya lo dibanggain sama Ayah, dan gak dibenci sama Ayah. Beda sama gue" ucap Adam sembari menundukkan kepalanya. Sungguh berat mengucapkan hal itu.

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang