(ಥ_ಥ)
Bumi terdiam. Pandangannya terpaku ke arah pintu yang terbuka, dengan seseorang yang sedang berdiri disana. Bumi meneguk salivanya, percaya tidak percaya akan hal yang ia lihat saat ini. Tidak mungkin bukan, orang itu sudi menapakkan kakinya di ruangan ini. Namun, semua itu salah. Ia benar-benar datang, dengan tampang yang acak-acakan, dengan baju yang terlihat santai, dan juga dengan air mata yang terus menetes.
Iya. Ia adalah Raka. Pria itu tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya dengan air mata yang terus mengalir tadi pagi. Raka teringat akan Adam. Raka yang selama ini tinggal bersama Adam bertahun-tahun merasa kehilangan akhir-akhir ini. Semenjak kejadian nilai UN itu, Raka tidak pernah bertemu dengan Adam lagi. Menyesal? Iya, pria itu menyesal karena ternyata ia kesepian tanpa Adam. Perasaan Raka berantakan akhir-akhir ini, mulai dari pekerjaan yang sedang mengalami masalah, Nino yang dikeluarkan dari sekolah, rencana Audi yang membuatnya semakin takut, dan sekarang Adam yang benar-benar tidak berdaya, bernafas dengan bantuan alat medis.
"Bunda ... " ucap Bumi. Pandangannya masih sama, memandangi Ayahnya yang sedang menangis di ambang pintu
"Hmm ... "
"Ayah dateng ... " ucap Bumi lagi
Andin langsung melepas pelukannya, setelah mendengar ucapan Bumi. Tentu, Andin sendiri heran setelah melihat kenyataannya. Raka benar-benar datang. Raka benar-benar datang disaat Adam membutuhkannya. Andin terdiam, ia tidak dapat menolak kehadiran Raka disini, karena anaknya itu memang sangat membutuhkan sosok Ayah saat ini.
Raka melangkahkan kakinya. Sangat berat rasanya. Ia benar-benar merindukan anak itu. Anak yang selama ini kurang ia sayangi, anak yang selama ini jadi lawan debatnya. Raka terdiam, berdiri di samping Adam yang tidak bergerak sedikitpun. Raka bahkan tidak dapat berucap, begitupun Andin dan Bumi, yang menyaksikan momen itu.
Raka merendahkan dirinya, berlutut di samping ranjang rumah sakit itu. Sembari menangis, Raka menundukkan kepalanya.
"Ayah minta maaf ... " ucap Raka menangis dalam diam
Bumi yang mendengar hal itu langsung menangis. Ia langsung memeluk Bundanya. Ia tak kuat mendengar hal itu. Dalam hati Bumi, ia sangat ingin akrab dengan Ayahnya, namun kelakuan sang Ayah membuat Bumi berpikir dua kali. Bumi sendiri menyesal, karena ia sempat membenci Ayahnya.
"Ayah gak berhak dipanggil Ayah sama kamu, Dam ... "
Raka masih menangis. Ia berharap Adam mendengar ucapannya. Ia sangat berharap Adam mau memaafkannya. Ia takut terlambat.
Raka mengelus surai halus milik Adam, surai tebal itu sangat Raka rindukan. Sudah sangat lama Raka tidak mengelus kepala Adam dengan penuh kasih sayang. Dari dulu yang hanya kepala bayi yang sangat kecil, dan yang sekarang sudah menjadi kepala yang besar dengan wajah tampan. Raka akui, ia benar-benar menyesal tidak memperhatikan perkembangan anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [✔]
أدب الهواةSetiap rahasia akan terbongkar pada waktunya, dan setiap tanda tanya pasti akan ada jawabannya. © Kalejengga Mars, 26 Maret 2020 Cover by neomuchoaa 020420 #2 in Perasa 090420 #1 in Tanya 120420 #4 in Sick 180420 #2 in Batin 030520 #3 in Jahat 040...