10. A Vile Daddy

3.6K 329 13
                                    


(ಥ_ಥ)

Atmosfer di kamar itu sangat membuat Adam gugup. You know, ini adalah kali pertamanya mereka benar-benar berdua, saling menatap dan membuat salah satu dari mereka meneguk salivanya.

Anak dengan pembawaan kalem itu tersenyum, pada kembarannya yang telah lama terpisah. Sedangkan orang itu hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus memulai pembicaraan seperti ini. Ini benar-benar canggung, bagi Adam.

"Gue panggil lo apa ya? Adam, Dam, Dek atau Bro atau apa ya" ucap Bumi memecahkan kecanggungan itu

Adam terkekeh kecil mendengar hal itu, "Senyamannya aja"

"Yaudah, Adam" ucap Bumi

"Roman-romannya, lo bukan orang pendiem ya, Dam?" tanya Bumi. Oh tentu, ia hanya menerka-nerka saja. Ini semua ia tanyakan untuk basa-basi, karena sejujurnya ia juga sedikit canggung. Siapa yang tidak canggung ketika berada di posisi itu.

Adam mengangguk, "Penalarannya bagus ya, atau cuma nebak"

Bumi terkekeh kecil, "Nebak aja sih"

Bumi yang sedang duduk di kursi putar itu, menatap sang adik yang sedang duduk sila di atasi kasurnya. Adam meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Oh, itu sahabat-sahabatnya yang memanggil Adam lewat video call.

"Adammmm" teriak Darel saat Adam mengangkat video call itu

"Sstttt, jangan berisik" ucap Adam sembari menempelkan jari telunjuk di bibirnya

"Ko rumah lo sepi sih, tadi gue, Raden, sama Darel ke rumah lo" sahut Bagas yang sedang memakan snack

"Gue di rumah kok" ucap Adam sembari tersenyum

"Bohong lo, rumah lo sepi banget tadi" sahut Raden

"Gue di rumah, tapi gak di rumah itu" ucap Adam sembari tertawa

Anak itu benar-benar gila jika sudah berinteraksi dengan ketiga sahabatnya. Padahal ia baru saja sembuh. Adam benar-benar bukan orang pendiam, tebakan Bumi benar.

Bumi berlari kecil menuju kasurnya Adam, lantas ia duduk di sebelah Adam. Sampai membuat sang empunya kasur itu sedikit kaget karena tiba-tiba kembarannya duduk di sebelahnya.

Di layar ponsel Adam. Di sana Raden, Bagas, dan Darel hanya terdiam melihat Adam ada dua.

"Elo pake efek ya, Dam?" tanya Bagas, ia terus mengucek kedua matanya tidak mengerti dengan Adam yang tiba-tiba jadi dua.

Adam tertawa kecil, "Di Whatsapp mana ada efek, lo kira ini Snapchat"

"Terus itu siapa anjir" ucap Darel heboh

"Kembarannya Adam, ya 'kan, Dam" Sahut Bumi yang sama sekali tidak ditanya itu, ia benar-benar ingin menertawai ketiga sahabat adiknya itu

Adam mengangguk, "Biasa aja muka lo pada"

Di sana Raden memutar bola matanya, "Eh lo, jagain Adam"

"Tenang, gue jagain" ucap Bumi seraya menampilkan senyumannya

"Yaudeh, udahan dulu lah ntar lagi. Males liat muka si Adam, ada dua" ucap Bagas

Lantas sambungan telpon grup itu terputus. Adam terkekeh sendiri melihat ketiganya. Ia merindukan tiga orang aneh itu. bumi juga hanya senyum melihat adiknya tertawa.

"Enak ya?" tanya Bumi. Adam hanya mengangkat kedua alisnya. Tidak mengerti maksud sang kakak.

"Punya temen" lanjut Bumi melengkapi

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang