(ಥ_ಥ)
Bumi sedang duduk di kursinya. Ia hanya memandangi jendela kelasnya yang mengarah ke lapangan, sungguh pemandangan idaman. Bumi menopang dagunya, ia hanya menatap angin yang menghempas gorden jendela di kelasnya. Sepi. Kelas itu sepi, hanya ada Bumi di sana. Entahlah, ia tidak penasaran kemana semua anak-anak di kelas ini pergi.
Lantas, Bumi menidurkan kepalanya di atas meja. Ia hanya menatap tembok dengan coretan-coretan kode bekas contek mencontek saat ulangan. Mengotori fasilitas sekolah saja memang. Bumi memejamkan kedua matanya, ia dapat merasakan angin sepoi-sepoi dari luar.
"Bumi" panggil seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu
Bumi yang baru saja ingin tertidur itu, terusik karena ada yang memanggil namanya, "Kenapa si?" tanya Bumi bingung
"Lo gak ke aula? 'Kan ada seminar" ucap cowok itu sembari menenteng buku tulis dan kotak pensil
Bumi menghela nafasnya, "Males ah, gue ngantuk" ucap Bumi
"Cepat ke aula atau lo bakal kena hukuman Pak Hagi" ucap cowok itu, lantas cowok itu lari tergesa-gesa
Lantas Bumi mengambil buku tulis dan pensilnya, "Mampus aja gue, reputasi gue mau ditaruh dimana kalo kena hukuman Pak Hagi" ucap Bumi yang tergesa-gesa itu
Langsung saja Bumi keluar dari kelasnya, lalu ia berlari ke arah aula. Sial. Ia bertemu Pak Hagi di koridor, yang sedang membawa tongkat saktinya itu.
"Darimana aja kamu, acara udah mau mulai loh" ucap Pak Hagi sembari mengetuk-ngetuk tongkat itu ke lantai
Bumi memejamkan kedua matanya sejenak. Menetralkan pikirannya. "Maaf, Pak, saya lupa. Toh acaranya belum mulai 'kan Pak, baru mau" ucap Bumi
Pak Hagi menggeleng-gelengkan kepalanya, "Biasanya kamu semangat banget ke acara seminar, tumben"
Bumi menghela nafasnya pelan, "Iya, Pak. Saya lagi males aja, udah bosen sama seminar motivasi" ucap Bumi
"Gak ada alasan, sana cepat masuk" ucap Pak Hagi mengisyaratkan agar Bumi cepat-cepat masuk ke dalama aula
Sungguh. Bumi bosan mengikuti seminar motivasi. Isinya sama saja. Bumi sudah hapal isi materinya, bahkan itu terlalu sering diulang. Raga Bumi memang ada di dalam aula, tapi pikirannya kemana-mana. Ia bingung. Ia masih bingung dengan Adam.
Adam sedang mempersiapkan acara baksosnya. Ia sungguh senang hari ini, ia dapat membantu orang-orang lewat acara sekolahnya yang patut diacungi jempol. Adam mengangkat kardus berisi bungkusan sembako untuk diangkut ke dalam mobil sekolah, karena itu semua akan dibagikan kepada orang-orang kurang mampu di sekitaran sekolahnya.
Lagi dan lagi. Adam terus membantu petugas sekolah yang juga mengangkat barang-barang itu untuk dimasukkan ke dalam mobil. Anak itu terlalu baik. Lain dengan Raden, Bagas, dan Darel, mereka bertiga sedang membungkus berbagai sembako ke dalam kantong plastik agar dapat dibagikan secara adil. Harusnya Adam yang berada di tugas simpel dan tidak membuang banyak tenaga itu. Namun, Adam tetaplah Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [✔]
Fiksi PenggemarSetiap rahasia akan terbongkar pada waktunya, dan setiap tanda tanya pasti akan ada jawabannya. © Kalejengga Mars, 26 Maret 2020 Cover by neomuchoaa 020420 #2 in Perasa 090420 #1 in Tanya 120420 #4 in Sick 180420 #2 in Batin 030520 #3 in Jahat 040...