34. Integrity

2K 192 13
                                    

(ಥ_ಥ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ಥ_ಥ)

Desember, 2019

Pada hari itu di awal bulan penghujung tahun, anak itu kondisinya lebih baik dari sebelumnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar, dan tak lama anak itu tertidur. Memang benar, anak itu merasa lebih baik saat dirinya memejamkan kedua mata, merasa lebih tenang. Tak lama dari situ, Bumi masuk ke kamar, membawa segelas susu putih dan menaruhnya di atas meja belajarnya. Anak itu sesekali memandangi kembarannya, entah, ia hanya merasa sangat tenang jika melihat wajah itu.

Sembari membaca buku, sesekali Bumi menyeruput susu putih itu. Segar sekali rasanya, meminum susu full cream disaat sedang pusing dan penat karena aktifitas sehari-hari. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Bumi cepat-cepat menghabiskan susu itu dan setelahnya ia langsung pergi ke kasurnya. Tak ada banyak hal, anak itu langsung terjatuh ke alam mimpi.

Sesampainya di pagi hari. Kedua anak itu sudah siap-siap untuk pergi ke sekolah. Ini merupakan penghujung semester 1 selama mereka kelas 10. Adam menarik dasinya dan merapikan kerah bajunya, menata rambutnya dengan sedikit polesan pomade, yap, anak itu terlihat lebih tampan hari ini. Lain dengan Bumi sudah siap dengan seragamnya, ia sedang memainkan ponselnya sebentar, sebelum sang Bunda memanggil untuk sarapan.

Kebiasaan manis di pagi hari dalam keluarga kecil itu adalah sarapan bersama. Andin sudah menunggu kedua anaknya itu turun untuk sarapan, sampai pada akhirnya kedua anak itu turun dengan membawa tasnya masing-masing, lantas kedua laki-laki tampan itu duduk di kursinya.

"Selamat pagi, gimana tidurnya nyenyak gak?" ucap Andin seraya mengacak rambut keduanya

"Selamat pagi juga, Bunda" ucap Bumi dengan singkat

Tentu, berbeda dengan Adam yang terlihat lebih cerewet setelah ia sembuh beberapa bulan lalu. Semenjak itu Adam lebih terlihat ceria dan tidak merasa kesakitan parah, walau sesekali jantunya itu ngeyel dan meronta-ronta.

Adam memanyunkan bibirnya, menatap Andin dengan tatapan sedih.

"Bun, rambut aku udah rapih kenapa diacak-acak" ucapnya sedikit merengek. Anak itu sudah 15 tahun namun masih terlihat seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan.

Andin terkekeh kecil. Memang iya, rambut Adam yang tadinya rapih sekarang terlihat sedikit berantakan karena sang Bunda mengacak rambutnya. Namun tidak apa, anak itu hanya bercanda.

"Utututu, maafin Bunda ya. Tapi acak-acakan begini juga ganteng kok" ucap Andin seraya merapihkan kembali rambut Adam yang berantakan

"Kalo anaknya ini gak laku gimana, Bun? Masa iya ganteng gini rambutnya acak-acakan" ucap Adam sedikit terkekeh, ia sendiri merasa sangat percaya diri

Andin menoel lengan Adam, "Kok kamu bucin, jangan-jangan kamu-"

"Iya Bun, Adam suka sama cewe deh akhir-akhir ini kayaknya" ucap Bumi memotong ucapan sang Bunda

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang