12. Just A Secret

3.3K 282 0
                                    

(ಥ_ಥ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ಥ_ಥ)

Setelah beberapa hari sakit, Adam telah kembali beraktifitas. Ia sudah kembali ke sekolah dan bertemu ketiga sahabatnya. Ini hari yang sangat bagus, menurut Adam. Karena di sekolahnya ada kegiatan bakti sosial, itu membuat Adam merasa sangat bersemangat, karena ia dapat membantu orang-orang lain diluar sana.

Keduanya sudah bangun dari subuh, ya memang seharusnya seperti itu. Bumi belum mandi sedangkan Adam sudah dari tadi mandinya. Siapa pun akan senang melihat wajah Adam yang semakin hari semakin cerah itu. Begitupun Adam yang senang dirinya tidak lagi disakiti, walaupun ada sedikit rasa tak tega meninggalkan ayahnya sendirian di rumah sebesar itu.

Selagi sang kakak mandi, Adam memilih untuk pergi dari kamarnya. Ia berjalan pelan menuju bawah, menuruni anak tangga satu per satu. Sesampainya di bawah, Adam berpapasan dengan sang Bunda, yang sudah rapih dengan pakaiannya.

"Seneng banget kayaknya kamu. Bunda jadi ikutan seneng" ucap Andin seraya mengacak rambut anak itu

Adam tersenyum manis, "Iya dong, Bun. Hari ini di sekolah Adam ada baksos, bakal seru bisa bantu orang-orang"

"Loh, kok kamu gak kasih tau Bunda kalo ada baksos" ucap Andin

Adam tersenyum cengengesan, "Lupa, hehe" ucapnya

Andin pun ikut terkekeh mendengar hal polos itu. Andin sangat bahagia dapat melihat Adam tertawa. Selagi Andin tahu hidup anaknya itu selalu dihiasi tangisan dan rasa sedih.

"Bumi belum keluar?" tanya Andin sembari jalan menuju meja makan, Adam hanya mengikuti langkah Sang Bunda dari belakang

"Belum, masih mandi kayaknya" ucap Adam

Lantas Adam duduk di kursinya, ia mengamati setiap gerak gerik Bundanya. Tidak bermaksud apa-apa. Ia hanya terlalu tidak percaya bahwa ini adalah kehidupannya sekarang. Andin yang merasa anaknya itu melihat terus-menerus ke arahnya, hanya tersenyum saja. Ia paham maksud anaknya itu.

Tak lama, Bumi keluar dengan seragamnya. Keduanya memakai seragam yang berbeda, karena mereka berdua beda sekolah. Bumi hanya mengerucutkan bibirnya melihat sang adik dengan seragamnya.

"Bunda, kapan Bumi satu sekolah sama Adam" ucap Bumi saat ia sampai di samping meja makan

Andin terkekeh sendiri melihat anak sulungnya yang sudah menampakkan wajah cemberutnya, "Sabar dong, sebentar lagi 'kan kalian lulus. Nanti kalian satu sekolah kok"

"Lama banget, Bun, kalo nunggu SMA" keluh Bumi pada sang Bunda

Bumi menarik kursinya, lalu duduk di sana. Andin menaruh makanan di setiap piring, lalu ia menuangkan air ke gelas.

"Makasih, Bun" ucap Adam

"Tengkyu Bunda" ucap Bumi mengikuti

Andin hanya senyum-senyum saja melihat hal itu. Ia merasa sedikit aneh ada dua anaknya di hadapannya. Namun Andin tetap bahagia walau harus sedikit beradaptasi dengan hal ini.

Klandestin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang