" Calisa lo siap?." tanya Alfi memastikan, gue cuma menangguk kecil sebagai pertanda siap.
Sejak tadi gue mengelus perut gue yang masih rata ini sambil ngajak dialog anak bayi gue ini supaya dia bisa diajak kompromi supaya pas gue di lapangan dia gak bikin gue mual mual.
" Dek jangan mual mual dulu ya nanti aja di pending sementara oke. Kalau kamu nurut sama Mama nanti Mama beliin apa yang kamu mau oke?!." ujar gue. Semoga aja anak gue gak bandel bandel dia nurut gitu gak mual mual dulu pas gue tanding.
Selamat siang semuaaa!!!
Udah siap nonton pertandingan antara Hart Basket Klub melawan Vazco Klub!!!
" Siap!!!!."
Para penonton bertepuk tangan, btw Hart Basket Klub itu adalah klub gue Hart dalam bahasa Jerman artinya Tangguh.
Mata gue terus mencari keberadaan Arvi, dia dimana sih. Oh ya itu dia, Niko, Gerald, Azriel, Rachel sama Shaira juga datang. Gue harus kasih yang terbaik gue harus menang.
Kedua tim saling berjabat tangan terlebih dahulu, nah sekarang giliran gue berjabat tangan sama musuh bebuyutan gue setiap tanding dia selalu menghalalkan segala cara buat jatuhin gue bahkan buat gue cedera.
Viona!
Viona ngeliat sinis sama gue dia liatin dari ujung kaki sampai ujung rambut matanya tuh minta dicolok. Kalau bukan lagi tidak turnamen sumpah gue colok tuh mata pake garpu.
" Bersiap buat kalah yaa." ujar dia sambil senyum sinis. Kita liat aja siapa yang KALAH, tim lo apa tim gue!. Dasar Mak Lampir.
Gue gak mau kalah sinis sama dia. " Kita lihat aja nanti."
Prittt
Wasit udah meniup peluit tanda pertandingan dimulai.
Bola basket selama ini dikuasai oleh tim gue.
Yeay!.
Tim gue berhasil mencetak poin pertama lewat Amanda.
Gue udah kejar kejaran sama Viona, dia berusaha merebut bola dari gue sedang gue berusaha mencari bruk masukin bola ini ke ring.
Brak.
Viona anjing!. Dia tekel gue sampai gue jatuh, perut gue sakit banget anjir. Ya Allah sakittt.
Maafin Mama ya dek.
" Cal semangat!!!." teriak temen temen gue dari kursi penonton.
Tapi ada untungnya juga karena dia jatuhin gue di garis terlarang, otomatis tim gue dapat kesempatan buat penalti.
Penalti ini gue ambil.
Yay dua dua nya masuk.
Tim gue masih memimpin angka sementara.
16-10
Viona bener bener udah kewalahan tim nya ketinggalan enam angka. Tim gue memimpin udah gitu sebentar lagi waktunya habis. Gue yakin kali ini tim gue yang memenangkan pertandingan.
Bola basket gue yang ambil ini akan jadi poin terakhir karena waktu cuma tinggal dua menit lagi.
Yay!.
17-10
Prittt.
Bel udah berdering, wasit juga udah membunyikan peluit tanda pertandingan berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE
Teen FictionGENRE : ROMANCE PERJODOHAN. Mungkin sekarang perjodohan sudah menjadi hal yang tabu dan sangat kolot di kalangan milenial. Tapi, bagaimana jika dua orang remaja yang semasa sekolah tidak akur dan selalu saja bertengkar karena hal hal sepele justru m...