Antara Pengorbanan dan Penyesalan

331 12 4
                                    

Hari ini tepat 1 bulan Calisa tak sadarkan diri, semua orang tidak henti-hentinya memanjatkan doa agar Calisa bisa cepat sadarkan diri.

Bahkan dokter sampai putus asa agar bisa membuat Calisa sadarkan diri, tapi keluarga meyakinkan jika Calisa pasti akan sadarkan diri dia pasti akan kembali pulih seperti biasanya.

Hari ini juga Ansel dan Alanis akan dibawa pulang oleh Fanny dan Reza ke rumah karena kondisi mereka sudah sangat baik.

Pandangan Fanny selalu tertuju pada putrinya yang sedang terbaring di rumah sakit dengan selang yang dipasang di sekujur tubuhnya.

Sakit, sedih, itu yang dia rasakan dia merasakan apa yang di rasakan oleh Putrinya saat ini. Dia yang merasakan sakit saat alat alat medis, jarum suntik di masukkan ke dalam tubuh Calisa yang kecil.

Hatinya makin sakit ketika melihat kedua cucunya.

" Calisa hari ini anak anak kamu udah diperbolehkan pulang sayang kamu cepat sadar ya nak biar bisa main sama mereka." ucapnya seraya mengelus rambut Putrinya itu.

Fanny keluar dari ruang inap dan menuju ke ruangan bayi untuk menjemput cucu cucunya.

Rasa sesak mulai menghampiri ketika melihat Ansel dan Alanis tengah tertidur di box bayi. Bukan hanya Fanny yang merasakan sesak tapi Vita juga dia sangat sedih setiap melihat Ansel dan Alanis.

Mereka sangat lucu, andai Putrinya bisa melihat kelucuan mereka.

Fanny jadi ingat saat Putrinya mengatakan jika dia sangat takut jikalau nanti dia tak bisa melihat kelucuan anak anaknya, ah mungkin itu adalah firasat dari Calisa dan semua itu benar terjadi Calisa belum sempat melihat kedua anaknya.

" Tante Fanny!" panggil Shaira dia sangat terburu-buru.

" Kenapa Ra?"

" Calisa Tan Calisa---

Mendengar kata Calisa Fanny langsung berlari keluar dari ruang bayi menuju ruang inap Putrinya. Dia sangat takut hal yang selama ini dia takutkan akan terjadi, dia takut kehilangan Putrinya.

Sesampai di ruang inap badannya mulai lemas saat melihat semua orang berkumpul di samping tempat Putrinya tertidur panjang.

" Calisa."

Fanny langsung menghampiri putrinya, ah dia bisa bernafas lega sekarang.

" Ma--ma." gumamnya dengan suara yang kecil dan lemah.

Tanpa pikir panjang Fanny langsung memeluk erat tubuh Putrinya, dia harap ini bukan mimpi dia tak ingin kehilangan seorang anak perempuan yang sangat dia cintai.

" Kamu jangan banyak gerak dulu kamu habis operasi!" kata Fanny saat Calisa mencoba untuk duduk.

" Operasi?" tanyanya bingung.

" Iya Cal kamu habis operasi transplantasi jantung." perjelas Rachel.

" Jantung? Siapa yang donorin jantung buat aku? " Calisa langsung melihat satu persatu orang yang melingkarinya tapi dia tak menemukan orang yang sangat dia cintai ARVI kemana dia, kenapa dia tak ada disini?

" Arvi mana Ma?! Arvi mana?" tanyanya histeris.

" Tenang sayang kamu harus tenang dulu."

" Arvi mana Ma jangan bilang kalau---

" Aku disini kok." suara yang sangat dia nanti nanti suara yang selalu membuatnya bahagia selalu membuatnya rindu dan selalu membuatnya tenang.

" Arvi." gumamnya, dia lega sangat lega dia pernah berpikir jika Arvi akan meninggalkannya.

HATE OR LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang