enambelas

335 15 0
                                    

" Cal!. " Panggil Arvi pada Calisa yang sedang ada di Taman, dia sedang bermain dengan kucing kesayangannya.

" Apaan?. " Tanya dia seraya menggendong Vivi kucing Persia nya yang dia adopsi sejak kelas X.

" Gue laper. " Ucap Arvi seraya mengelus ngelus perut nya.

" Ya kalo laper tuh makan bukannya curhat. " Jawab dia ketus.

" Gak perhatian banget lu jadi istri gue kutuk juga lu lama lama. "

" Terus gue harus gimana?. Lo kan bisa tolong buatin makanan sama Mbok Ijah atau Indah. Kenapa harus gue?. Lo kan tau gue gak bisa masak, masak air aja gosong. Sok sok an mau nyuruh gue masak gak takut makanannya gosong lo mau makan yang gosong. " Cerocos Calisa tanpa henti. Arvi sudah menutupi kedua telinganya dengan tangannya. Rasanya gendang telinga nya mau pecah saat mendengar omelan tiada henti dari Calisa.

" Bawel banget sih tuh congor, telinga gue sakit anjir. Gak tuh gue pokoknya mau makan masakan lo hari ini. Lo harus nurutin perintah gue jangan bantah!. Inget gue suami lo!. " Ucap Arvi, sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Calisa menyipitkan kedua matanya dan menatap penuh sebal pada Arvi. Jika Arvi masih menjadi temannya dan bukan suaminya mungkin saja Arvi sudah dihajar habis-habisan oleh Calisa. Tapi sayangnya Arvi sudah menjadi suaminya mau tidak mau Calisa harus bisa lebih sabar untuk menghadapi keusilan Arvi. Dia tau jika Arvi hanya ingin mengusili dia saja karena itu mungkin sudah menjadi hobi Arvi, tiada hari tanpa menjahili Calisa.

🌻

" Lo mau makan apa?. " Tanya Calisa seraya memakai celemek.

" Apa ajalah. "

" Eek kucing mau lo?. "

" Kalo itu lo aja dah yang makan. "

" Serius ih ajig lo mau makan apaan?. Kalo lo gak serius gue beneran nih masakin eek kucing buat lo mumpung Vivi baru poop barusan!. "

" Lo bisanya masak apaan?. "

Lagi dan lagi Calisa harus bisa menahan diri dan lebih sabar menghadapi Arvi.

" Udah ah lo masak aja sendiri pusing gue!. "

" Iya deh iya lo bikinin gue mie instan aja. "

Ini adalah pertama kalinya Calisa memasak di dapur biasanya dia hanya menikmati saja tanpa membuat nya terlebih dahulu, sudah ada ART yang memasak.

" Hadeuh gimana sih nih cara ngambil mie nya gak mungkin pake tangan yang ada ngelupas tangan gue. " Grutu Calisa yang tampak bingung. Arvi menepuk jidatnya dan menatap aneh pada Calisa.

" Lu mah bego kok dipelihara sih!. Ya pake penyaringan lah ajig. " Arvi seraya berjalan ke arah Calisa dan mengambil penyaring mie.

" Nih pake ini. Sok sok an lu mau ambil jurusan kedokteran masalah ginian aja masih bingung lu. "

Calisa hanya menyengir saja dan mengambil saringan mie itu.

Tak.

Calisa menaruh mangkok mie di meja makan.

" Noh makan. "

Arvi langsung memakan mie buatan Calisa.

" Cal?. "

" Apa lagi sih?!. "

" Eh buset galak amat neng. Lo udah masukin bumbu nya kan?. " Tanya nya memastikan karena mie nya sama sekali tak ada rasa atau hambar.

Calisa melirik kearah mie dan ke arah kompor. Kemudian ia menyengir seraya menggaruk kepalanya padahal tidak gatal.

" Hehe lupa gue maaf ya. Nih masuk aja sendiri bumbunya. " Ucap dia menyodorkan bumbu mie kemudian pergi ke kamar.

HATE OR LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang