Dua Tiga

1K 104 1
                                    

"Kalian boleh pulang. Tapi ingat, jangan pernah datang lagi ke tempat-tempat yang dilarang."

Rasanya lega banget setelah dibolehin pulang sama si om-om yang ternyata komandan polisi itu. Nyamar sih boleh aja, tapi kenapa tuh om-om malah kayak nikmatin waktu gue lagi blowjob dia di toilet ya..?

"Fer ---" suara Aldo mecah keheningan diantara kita berdua. "Maaf ya --"

"Yang udah lewat, biar aja lewat." gue noleh ke dia. "Terus, mau lo sekarang gimana?"

Aldo enggan untuk menjawab. Mungkin saat ini dia serba salah. Kalopun dia mau meneruskan, yang dia takutkan hal seperti tadi akan terulang kembali. Tapi kalo gak diterusin, bisa-bisa nanti jatoh korban berikutnya.

"Aku udah kelewat batas, Fer --" suara Aldo makin dalem. "Seharusnya aku gak diem aja waktu mereka -- menikmati tubuh dan penisku."

"Seenggaknya lo udah dapetin apa yang lo mau kan?" Gue noleh lagi ke dia. "Lo jadi tau dimana tempat tinggal dan kerjaan mereka."

Dia megang tengkuknya. Wajahnya keliatan lesu dan tertekan banget. "Aku bingung banget, Fer. Kenapa Aldi bisa kenal dengan orang-orang itu?"

Itu adalah kalimat terakhir yang terlontar dari Aldo. Setelahnya, kita gak saling bicara lagi sampai kita berdua tiba kembali di rumah.

"Kak Ferly, mau aku buatin susu hangat?" Yuka nawarin gue.

"Gak usah. Lo istirahat aja ya." kata gue sambil megang kepalanya.

"Kita harus bicara --" Prabu ngedeketin gue.

"Gue udah ngantuk banget. Nanti aja deh siangan."

"Ferly --"

"Tck. Do, lo duluan aja ke kamar."

"Iya, Fer."

Gue ngikutin Prabu ke kamarnya. Mau nolak gimanapun, dia juga tetep aja maksa.

"Apa lagi?"

"Kamu kan bisa minta tolong sama aku...!"

"Minta tolong gimana? Lo aja sendiri jarang pulang --"

"Tiap kali aku pulang, kamu hampir gak pernah mau bicara sama aku.."

Gue naik ke kasurnya Prabu. Gue peluk guling yang biasa dipeluk sama dia. Ada bau khas tubuhnya yang tertinggal di guling itu.

"Gue mau selesain masalahnya Yuka dulu."

"Oke. Aku mau bantu. Tapi --"

"Gue ngantuk banget, Prabu ---"

Prabu menghela nafas. Dia pun nyalain ac kamarnya dan nyelimutin gue pake selimut yang biasa dia pake. Setelah itu, dia mengganti bajunya dan ---

"Lo mau kemana?"

"Aku bisa tidur di ruang tengah."

"Lo gak mau tidur sama gue karena jijik..?"

"Kamu jangan salah sangka, Fer --"

"Kalo gitu gue aja yang tidur di luar --" gue bangkit dengan mata berat dan kepala pusing banget. Gue hampir aja jatoh begitu turun dari kasur.

"Fer ---" dia nangkep gue. "Kamu istirahat aja disini."

"Lo juga --"

Dia ngerebahain badan gue. Mata dia dan gue saling bertautan. Gue angkat kepala gue, dan gue cium bibirnya. Gue pikir dia bakal nolak. Tapi ternyata, ciuman itu malah berubah jadi lumatan liar dan panas.

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang