"Gini nih kelakuan anjing-anjing sialan! Ngeborong masker terus dijualin lagi dengan harga berkali lipat!"
Gue cuma ngelirik aja ke si Willy. Gak tau, kenapa daritadi dia bawaannya sewot mulu. Sebentar marah. Sebentar marah. Ngeliat berita ini marah. Ngeliat apa juga marah.
"Lo lagi PMS, hah?!"
"Bokap gue lagi kesusahan masker, nyari dimana-mana langka. Kalopun ada harganya kayak setan..!"
"Owhhh ---"
Gue matiin tv karena gue rasa udah waktunya buat gue istirahat. Gue capek banget. Gue mau selonjoran di kamar sambil mainan hape. Sukur-sukur si Yuka belom tidur. Siapa tau aja dia mau gue entot lagi.
"Gue tidur duluan ya.."
"Hmmm ---" Si Willy cuma gumam doang. Matanya masih terus natap layar laptopnya.
"Malam, Ferly ---" Om Zidan muncul. Gak biasanya dia dateng ke rumah gue malem-malem gini.
"Dah balik, pa?" Willy langsung nutup layar laptopnya dan siap-siap mau angkat kaki kayaknya.
"Ini Om beliin sedikit oleh-oleh.."
"Oleh-oleh..?!" Gue semangat banget dong. "Kok repot-repot beliin dunkin segala, om?"
"Begini Ferly, apa Om boleh minta tolong?"
"Mau minta tolong apaan, pap?"
"Begini Wil, malam ini sampai beberapa malam ke depan Om Azka akan menginap di rumah. Karena rumah Om Azka itu jauh dan beberapa jalan juga pada ditutup."
"Dokter Azka ya, om?!"
"Iya, Ferly."
Hati gue langsung berbunga-bunga ngedengernya. Karena gue gak perlu ke klinik cuma untuk ngeliat wajah gantengnya itu.
"Om minta tolong supaya Willy diizinkan tidur di rumah kamu. Karena kamarnya Willy akan dipakai teman om."
"Di ruang tamu juga gak papa kok." Dia udah nyengir girang aja.
Di atas itu kan kamarnya di pake sama Yuka. Kalo di bawah emang sih ada dua kamar. Satu kamar gue, dan satu lagi kamarnya si Prabu. Gak enak juga kalo kamarnya Prabu dipake. Lagian barang-barangnya juga masih berantakkan. Dianya aja sendiri jarang pulang.
"Maaf kalau merepotkan ya, Ferly..."
"Dokter Azka...?!!" Mata gue melotot saat sosok itu muncul dari belakang Om Zidan.
"Woelah, biasa aja kali tuh mata!"
"Sebenarnya bukan cuma Om Azka aja. Tapi kemungkinan ada beberapa teman om juga yang akan menginap bergantian." Jelas Om Zidan. "Tadinya om menyediakan ruang istirahat di klinik. Tapi ternyata pasien semakin membludak. Mau gak mau, om harus mengorbankan ruang istirahat untuk para staff."
"Oke, gue mau ngambil bantal, guling, gitar sama chargeran dulu...!" kata Willy sambil ngeloyor gitu aja.
"Om Prabu gak pulang lagi ya?" tanya Om Zidan.
"Gak usah ditanya deh, om. Dia itu kayak Bang Toyib. Sibuk mulu kerjaannya.."
Om Zidan megang kepala gue. "Donatnya kamu umpetin aja. Soalnya Willy suka lupa diri kalau sudah menemukan makanan."
"Tenang aja, om. Kalo dia sampai macem-macem, aku keplak aja kepalanya!"
"Haha, kamu itu memang menggemaskan ya --" Dokter Azka nyubit pipi gue lagi.
Gue ngebiarin pintu samping kebuka. Sebelom si Willy dateng, gue harus sembunyiin dulu nih dunkin.
"Kamu belum tidur, Fer..?" Yuka turun dari atas sambil bawa gelas kosong. Kasian juga dia ya kalo mau minum harus turun naik tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eye
Teen FictionTidak ada yang spesial dariku. Namun beberapa orang menganggapku malah sebaliknya. Ketika mulutku sekali terbuka, akan kubuat mereka semua terdiam. Mereka tidak pernah tahu, kalau aku --- mempunyai banyak mata yang akan selalu mengawasi. #cerita gay...