Kayaknya, apa yang gue lakuin ini -- Om Zidan gak sepenuhnya ngedukung dan setuju dengan gue. Soalnya, gue bisa ngeliat dari raut wajahnya mulai dari perjalanan ke Bandung, sampai kita kembali lagi ke Jakarta.
Gue udah coba bicara baik-baik sama dia dan Om Azka. Dan gue ngedapetin satu hal yang sangat mengejutkan disini.
Om Zidan bilang, dirinya menjadi dokter itu semata-mata hanya untuk menyembuhkan orang sakit. Entah apakah si pasien itu sakit ringat atau berat sekalipun. Yang terpenting adalah, ia bisa menyembuhkan dan membuat si pasien itu bisa berkumpul kembali dengan keluarganya.
"Om memang marah dan bahkan sempat dendam kepada mereka. Tapi, semua itu telah om buang jauh-jauh, Ferly ---"
"Jadi, om gak mau balik lagi ke rumah sakit itu?" gue balik tanya.
Yuka ngebawain semangka dan melon dingin yang sudah dipotong dadu, dari dalem kulkas.
"Kalau sampai berniat membuat bangkrut, apalagi menghancurkan itu sama saja dengan ---"
"Aku gak bilang kayak gitu." potong gue. "Tapi kenyataannya emang kayak gitu." gue bahkan kasih liat alur keluar masuk keuangan di Sun Hospital. Sesuatu yang hanya bisa dilihat oleh para petinggi dan orang penting di rumah sakit besar itu.
"Oke, om gak mau kembali lagi ke rumah sakit itu. Tapi --- apa om bisa jamin, sejauh-jauhnya om pergi dan membuka klinik baru, apa mereka bisa tidak tahu keberadaan om?"
Om Zidan dan Om Azka terdiam. Tentunya pernyataan ini membuat mereka bisa berfikir sejalan sama gue.
"Yang ada di dalam diri mereka itu cuma sikap tamak, dengki, dan iri sama kalian." Gue sampai nepuk dada. "Mau berapa kalipun kalian membuka klinik, pasti mereka akan selalu menghalangi dengan berbagai cara, om!"
Kami semua diam sejenak dalam pikiran masing-masing. Masalah ini benar-benar rumit dan membingungkan sekali. Bahkan gue udah lupa rasanya ngentot sama Yuka, gara-gara masalah ini.
"Yang dibilang Ferly ada betulnya, pap ---" Suara Willy memecah. "Bagaimana papa sama Om Azka bisa menolong orang-orang kalau mereka masih terus berusaha mengusik kalian!?"
Masih kurang puas, gue kasih liat aliran uang keluar yang disalah gunakan oleh salah satu anggota keluarga petinggi rumah sakit itu.
"Berlibur ke Hawai, membeli resort di New Zealand, membeli empat mobil mewah seharga empat belas miliar, ditambah dengan transaksi kartu kredit yang kalau ditotalkan bisa mencapai belasan miliar."
"Ferly, darimana kamu bisa mendapatkan semua file rahasia itu?" tanya Prabu.
"Jangankan mereka --" gue tatap dia. "Lo nginep di hotel melati dan nyewa psk aja gue tau, Prab.."
Wajah Prabu langsung pucet banget.
"Dan lagi ---" gue ngelipet kedua tangan di depan dada. "Pemegang saham nomer dua di Sun Hospital adalah --- orang yang sangat-sangat kukenal."
"Zidan, disini aku coba untuk tidak memihak siapapun." Om Dwi mulai bicara. "Karena semua keputusan, ada di tanganmu sendiri."
"Pa --" Willy menyusul. "Papa bisa bayangin gak, kalo apa yang terjadi denganku --- terjadi juga dengan orang lain? Dan orang itu --- lebih susah dan tidak kenal dengan orang seperti Ferly..?"
"Aku cuma ingin mengembalikan nama baik kalian berdua. Dan juga, mengembalikan posisi kalian di Sun Hospital."
"Pikirkanlah baik-baik, Zidan -- Azka..."
"Hhhaahh --" gue menghela nafas. "Kalopun misalnya aku ngebangun rumah sakit yang lebih besar dan mewah dari Sun Hospital, dan menjadikan kalian berdua sebagai dokter senior --- pasti rumah sakitku juga akan terganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eye
Teen FictionTidak ada yang spesial dariku. Namun beberapa orang menganggapku malah sebaliknya. Ketika mulutku sekali terbuka, akan kubuat mereka semua terdiam. Mereka tidak pernah tahu, kalau aku --- mempunyai banyak mata yang akan selalu mengawasi. #cerita gay...