Satu Nol

1.4K 135 8
                                    

(lanjutan dari chap sebelumnya...)

Setelah gue ngejalasin panjang lebar, dari Sabang sampai Merauke, kayaknya si Willy itu masih gak ngerti juga. Emang udah dari lahir kali otaknya bebel gitu. Untungnya aja dia dibekali wajah yang agak lumayan keren. Kalo enggak mah, gue juga ogah deket-deket sama dia.

"Jadi, lo itu anak kandungnya siapa?"

"Penting gitu?" Kayaknya dia emang gak suka dengan pertanyaan gue yang satu itu. "Bisa kan ngomongin yang lain aja?"

"Kalo lo emang malu punya 2 bokap, seharusnya lo udah pergi dari dulu. Bener kan..?"

Dia hela nafas. "Gue bukan anak kandung mereka. Gue dipungut dari panti asuhan."

"Ohhh ---"

"Puas?"

Gue ngangguk. "Seenggaknya mereka ngerti dan nerima kondisi lo apa adanya."

Kita berdua diem sesaat. Untung aja satu set bento yang kita pesen udah abis daritadi. Kalo enggak pasti napsu makan gue ambyar gegara pembicaraan ini.

"Gue gak keberatan klo lo tinggal sama gue dan kedua bokap gue. Kan lo bisa jadi adek gue --"

"Apa-apaan..?!!" Mata gue kontan melotot. "Umur lo sama gue aja itu, tuaan gue bego!"

"Itukan secara ktp, tapi aslinya kan --- mana ada orang yang percaya kalo umur lo itu dua lima?!"

"Lo bisa kan jaga rahasia ini."

"Gampang."

"Tetep aja gue gak percaya. Mulut lo kan kadang lemes banget."

"Hhehee, udah tau gitu kenapa lo masih aja cerita ke gue..."

"Balik lah, puyeng gue..!"

Gue gak nyangka kalo belanjaan gue bisa sebanyak ini. Sampai-sampai brio-nya si Willy aja gak muat nampung belanjaan punya gue sama punya dia. Ini aja tadinya masih ada beberapa barang yang pengen gue beli. Tapi berhubung kaki gue udah pegel banget, terpaksa gue udahin aja acara belanjanya.

"Dah pernah pacaran berapa kali?" tanya gue iseng.

"Dua kali sama cewek. Empat kali sama cowok. Dan tiga kali ngeseks sama mantan gue yang kuliah di xxx..."

"Lo top?"

Si Willy garuk-garuk kikuk. "Gue sih gak terlalu peduli. Yang penting gue sama dia sama-sama nyaman aja ngejalaninnya."

"Lo mau gak ---" gue natap dia dari samping.

"Pacar...?" Dia natap balik gue. "Maulah! Siapa juga yang bisa nolak ditembak sama ---"

"Yuka."

"Hhaahh...?!"

"Yuka itu cute dan ngegemesin loh. Cuma ya --- karena sekarang lagi lebam aja jadi agak jelekkan."

"Makasih."

"Tadi bilangnya mau! Plin-plan dasar!"

"Gue kira sama lo, bodoh! Sialan!"

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang