Empat Satu

971 98 2
                                    

"Yuka..?!"

Mata gue terbelalak ngeliat sosok itu yang lagi duduk sendirian di taman rumah sakit.

"Kamu kok ---"

Mata Yuka berkaca-kaca. "Kak Ferly ---" Dia ngeraih tangan gue.

"Lo kenapa bisa ---" gue jongkok di depannya. "Ya Tuhan, Yuka. Kenapa lo bisa pake kursi roda gini?"

Air mata Yuka menitik. Gue gak tega ngeliatnya. Gue usap pelan mata dan pipinya.

"Kita balik ke kamar aja yuk. Lagian udah mau ujan juga nih ---"

Gue dorong kursi roda Yuka dari belakang. Hidung gue langsung bisa nangkep aroma parfum dari tubuhnya. Aroma yang sama yang pernah tertinggal di kamar Aldi, dan juga --- jaketnya Leon.

'Kak, anak itu emang bangsat! Gila, dia ngerti banget caranya muasin kontol gue!'

Gue jadi keinget kata-katanya si Leon. Agak geli-geli campur dongkol juga sih. Tapi ya --- wajar aja reaksi dia kayak gitu. Lagi masa-masanya pubertas dan birahi yang menggebu-gebu.

Gue aja yang udah umur 25 ketagihan banget sama jepitan lobangnya si Yuka, apalagi si Leon yang modelnya kayak singa jantan kelaperan gitu?!

"Kak Ferly ---" Yuka nangis sejadinya begitu kita sampai di kamarnya.

"Yuka, sabar ya ---"

"Kenapa masih ada aja orang yang jahat sama aku.."

"Memang, siapa yang jahat sama kamu?"

Yuka malah nunduk. Tapi gue masih denger isak tangisnya.

"Yuka, kan gue udah bilang kalo lo ada masalah lo bisa cerita sama gue.."

Dengan tangan gemetar, dia nyingkap bajunya. Memperlihatkan luka goresan yang dibuat oleh Aldo.

"Astaga!! Siapa yang udah ngelakuin ini sama kamu?!"

"Dia ---" Yuka natap gue. Dan inilah kesempatan gue buat nyium bibir dia. Meski --- rasanya gue pengen muntah!

"Aku gak tahu, kalo ternyata dia main juga sama Kak Aldo di belakangku. Padahal aku sudah sangat percaya dengannya ---"

Kenapa dia menyebut orang lain...?

"Aku menolong Kak Aldo dengan memberi pekerjaan di rumah sebagai supir dan tukang bersih-bersih. Karena aku --- merasa sangat bersalah dengannya."

"Tenang ya, Yuka. Gue akan selalu ngejaga dan ngelindungin lo ---"

"Aku cuma keluar sebentar karena mau mengurus surat wasiat papah. Tapi --- aku --- kenapa dia malah berselingkuh?!" air mata Yuka tambah deres. "Kenapa dia malah menggoda Kak Aldo, dan melakukannya di kamarku ---?!"

"Yuka ---" gue belai kepala dia. Perlahan belaian itu pun berubah menjadi lumatan panas bibir gue dan dia. "Yuka, gue ---"

Yuka ngangguk. Dia ngebantu nurunin reseleting celana jeans gue.

"Kak, aku udah lama ya gak ngerasain kontol sama pejuh kakak..."

Gue nunduk, dan gua lumat lagi bibir dia.

"Sama. Gue juga udah lama banget gak dijepit nih. Kayaknya lo bakal kualahan nanti..."

Kontol gue udah keluar dengan kondisi setengah ereksi. Gue ngedesah pelan saat Yuka menggenggam batang gue.

Tlululut...!!

Yuka ngeraih hape dari saku celananya. Tapi dia taroh lagi hapenya dan akhirnya --- dia ngulum kontol gue lagi!

"Owwhhh shit...!!"

Tlululut...!!

Dia berhenti lagi dan ngeraih hapenya.

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang