Tiga Lima

944 97 0
                                    

Kali ini gue gak akan tinggal diem lagi. Gue udah liat dengan mata kepala gue sendiri kalo si Leon sering banget mata-matain Aldi di kamarnya. Dan malam ini, gue akan nangkep dia dan seret dia ke kantor polisi sekalian!

"Bangun, bego!!" Gue cubit tangannya Willy. "Dia udah masuk tuh!"

"Ayo kita tangkep dan gebukkin dia!"

Haha, kali ini lo gak bisa kabur kemana-mana lagi Leon! Kalo sampai lo berani nyentuh lagi Aldi, bakal gue potong kontol lo jadi dua!

Srkkksss...!!

"Woiii...!!" Suara Willy menggelegar. Dia langsung ngunci tangan Leon, dan narik cowok berkulit putih itu menjauh dari Aldi. "Lo gak bakal bisa kemana-mana lagi!"

"Leon..? Siapa mereka?"

Gue sontak noleh ke arah pintu. Dan disanalah kedua orang itu muncul dengan wajah tegang bercampur bingung.

"Aku juga gak tau mah, siapa mereka!"

"Mah?!" Mata Willy melotot. "Ohh, jadi kalian semua sudah sekongkol buat menghilangkan nyawa Aldi, hah?!"

"Menghilangkan nyawa apa maksudnya?!" Pria itu --- pria yang wajah dan suaranya sangat kukenal itu, melotot dengan wajah tegang sekali.

"Ferly, lo ngapain malah bengong?!"

"Kak Ferly, kenapa Kak Willy ---"

Leon berontak. Dia berhasil ngelepasin diri dari Willy.

"Aku gak tahu siapa mereka, mah-pah! Tau-tau aku diteriakkin udah kayak maling aja!"

"Lo itu bukan cuma maling! Tapi pembunuh!"

"Kak Willy, kenapa kakak bilang kalau Leon itu pembunuh?" Aldi ikut bicara.

"Lo gak inget, kalo dia itu yang udah bikin lo masuk rumah sakit!"

"Ferly --"

Gue noleh ke arah pria yang duduk di atas kursi rodanya itu.

"Kamu Ferly kan...?"

Gue menjauh, tiap kali dia berusaha mendekat. Gue benar-benar terpojok disini. Gue gak bisa kabur kemana-mana lagi!

"Fer, lo kenal sama bapak-bapak lumpuh itu?!"

"Jaga tuh bacot!" Leon nunjuk Willy. "Dia bokap gue!"

"Tidak salah lagi. Kamu Ferly. Ferly --- anak papah..."

Gue geleng. Gue gak peduli dengan tatapan terkejut orang-orang itu.

"Papah kenal dengan anak itu?" tanya wanita paruh baya itu. Wanita yang kukenal bukan sebagai mamah kandungku.

"Dia anak papah, mah. Ferly --- ini Papah, nak ---"

"Orang tua gue udah mati!"

"Ya Allah, nak ---" pria itu bahkan kini gampang sekali meneteskan air mata. Padahal, dulu dia tegas dan kasar banget sama gue. "Ini Papah, Ferly ---"

"Fer, dia beneran bokap lo?"

"ORANG TUA GUE UDAH MATI!!"

"Papah minta maaf, Ferly --- Papah..."

"Willy, ada apa ini?" Om Azka muncul dengan seorang suster jaga.

"Aku juga bingung, om ---"

Gak ada lagi gunanya gue nutupin identitas gue. Toh pada akhirnya mereka akan tau juga. Gue lepas wig dan kacamata yang gue pake.

"Ferly, kemana saja kamu selama ini..?" pria itu megang tangan gue. Tangan yang udah gak sekokoh dan sekuat dulu lagi. "Papah selalu mencarimu kemana-mana, nak ---"

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang