Satu Lima

1.2K 124 1
                                    

"Cewek gue cantik kan?" Dia ngerangkul gue sambil cengengesan. "Bodynya montok, teteknya gede, dan yang penting nih ya --- dia masih perawan!!"

"Ohh, masih perawan. Kenapa gak lo colok aja?"

"Itu sih gampang, men!" dia nepuk paha gue. Terus dia pindah ke kursi lain dan metik-metik senar gitarnya dengan gaya sok keren. "Gue itu bukan tipe cowok yang suka maksa. Asal suka sama suka, baru deh kita lakuin bareng."

"Jangan lupa pake kondom. Kalo enggak nanti hamil, bisa mampus lo..."

"Weeeitt...!" Dia naikkin satu alisnya. "Kondom itu cuma buat cowok cupu! Lagian rasanya juga beda. Gue mah anti lah pake yang begituan. Hahaha..."

"Bagus sekali ya, Willy --"

"Du-du-duh, ampun pap...!!" Si Willy ngejerit-jerit kesakitan karena Om Dwi ngejewer telinganya dari belakang dengan kuat banget. Gue bisa ngebayangin gimana sakitnya dia sekarang.

"Kalau sampai Papa Zidan tahu, bisa dipatahin tangan kamu!"

"Ampun, pap! Aku kan gak serius..!"

"Sadar, Willy! Baby itu sepupu kamu! Gak baik jadiin dia bahan bualan kamu..!"

"Sakit, pap!! Adoooowww, sakit papa...!!"

"Mangkanya kalo mau bohong sama gue tuh dipikir dulu." Rasanya gue puas banget ngeliat dia dihukum kayak gitu.

"Mulai malam ini sampai sebulan ke depan, kamu tidak akan dapat jatah makan malam!"

"Masa gitu?!" tukas Willy sambil megangin telinga kirinya. "Aku kan cuma bercanda, pap!"

"Norak bercandanya..!" timpal gue.

"Lagi pada kumpul disini rupanya.." Om Zidan muncul dari pintu samping. "Aku tadi beli sate ayam sama kambing. Kita makan bareng aja.."

"Ferly, kita makan sekalian ya.." Om Dwi ngajak aku. "Yuka, ayo kita makan malam."

Yuka noleh ke gue. Mungkin maksudnya dia minta persetujuan dari gue dulu.

"Waahh jadi ngerepotin nih.." kata gue sambil nyingkirin Willy yang ngalangin jalan gue.

"Willy, ayo..."

"Dan, Willy nanti aja. Biar dia jagain rumahnya Ferly dulu." kata Om Dwi.

"Papa..!"

"Hehe, selamat jaga rumah ya, Wil...!" kata gue puas banget.





Diantara orang-orang yang lagi makan saat ini, cuma gue doang yang makannya kayak orang kesurupan. Ngambil langsung sepuluh tusuk sate. Lima tusuk kambing, dan lima tusuk ayam. Dan gue bener-bener gak peduli dengan mereka. Hhehee...

"Kebutuhan yang paling mendesak saat ini masker." Om Zidan memulai perbincangan. "Tapi kalau harganya terus meroket sampai empat ratus ribu satu kotak, bagaimana kita bisa memenuhinya?"

"Aku tadi sudah coba kontak salah satu kerabatku. Semoga saja dia masih punya stok, karena langsung dari pabriknya." jawab Om Azka

Si Yuka lagi sibuk ngebawain piring sama gelas kotor ke wastafel cuci piring. Gak dimana-mana dia itu rajin juga ya orangnya. Selain rajin, ternyata dia itu jujur orangnya. Gue jadi gak enak karena udah salah sangka sama dia. Kirain dia sama si Willy abis ngentot-ngentotan di ruang tamu rumah gue.

Drrttt...

Hape gue bergetar di atas meja. Panggilan masuk dari mister XXX. Gue langsung menyingkir dari ruang makan sebelom ngejawab telepon penting itu.

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang