Tok-Tok...
"Ferly ada yang nyari kamu.." Suara Yuka dari luar kamar gue.
Cklek.
"Tumben on time tuh orang. Biasanya kan ngaret." gumam gue sambil ke depan nemuin si cokelat Willy.
"Ferly, tadi Om Dwi ngirim nasi sama lauk." Yuka ngasih tau.
"Ohh iya. Lo makan aja duluan."
"Aku nunggu kamu aja nanti."
"Yuka, gue gak mau ya lo sampai sakit. Paham?!"
Gue agak syok begitu kaki gue mendarat di ruang tamu. Kenapa malah pangeranku yang sangat manis itu yang duduk di sofa ruang tamu..?
"Sudah siap, Ferly?"
"Dokter Azka mau ngajak aku ke klinik?"
Dia bangun dari duduknya sambil melempar senyum. Senyum yang sukses bikin kontol gue ngaceng.
"Saya bukan mau mengajak ke klinik, Ferly. Tapi saya mau mengajak kamu mencari masker dan beberapa perlengkapan medis."
"Bukannya ---"
"Willy ada keperluan mendadak. Jadi dia langsung pergi tanpa memberitahu."
"Owhhh, bagus banget ya tuh anak."
"Sepupunya mau diajak juga?"
Gue noleh ke Yuka. "Ikut gak?"
"Enggak, terima kasih. Aku di rumah aja."
"Makan duluan aja. Kalo mau pergi, bilang-bilang loh ya..!"
"Iya, Ferly."
Bisa-bisaan dia pergi gak ngabarin ke gue. Otaknya dimana sih dia itu?
"Sabuknya di pasang dulu.."
Oh may ---- gue deg-degan banget waktu Dokter Azka tiba-tiba masangin safety belt punya gue! Hidung gue langsung kembang kempis nyium aroma parfum dari tubuhnya itu.
"Kita mau kemana, dok?"
"Kalau di luar, panggil aja saya om atau -- kakak..."
"Kakak..?!" Mata gue sampai membulat penuh.
"Kenapa memangnya? Apa wajah saya sudah kelihatan tua banget ya..?"
"Enggak juga sih.." Aku terkekeh.
"Menurut Ferly, kita mau kemana tebak?"
"Tanah Abang!!"
Om Azka megang kepala gue sambil senyam-senyum. "Pasar Pramuka yang betul."
"Heleehhh, kesitu toh..."
Sepanjang jalan, gue sama Om Azka ngobrol terus ngalor ngidul. Mulai dari ngomongin hal-hal kecil yang gak penting, sampai -- hal berat yang menyangkut kemaslahatan negeri ini.
"Jadi Om Azka itu udah temenan lama sama Om Zidan ya. Berarti Om Azka tau dong kalo Om Zidan sama Om Dwi --- ehem-ehem..."
Dia cuma senyum simpul. "Bagi saya, dia itu sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri. Di mata saya dia itu adalah dokter yang sangat teladan, bijaksana, dan berani mengambil keputusan besar."
"Om ngikutin jejak Om Zidan, meskipun Om tau itu gak dapet gaji sama sekali?"
Dia ngangguk. Namun, di balik ekspresi wajahnya itu dia kayak menyimpan sesuatu. Jika mereka berdua sudah temenan lama, rasanya gak mungkin yang namanya cinta dan kasih sayang gak tumbuh diantara keduanya.
Apakah ini yang dinamakan cinta bertepuk sebelah tangan...?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eye
Dla nastolatkówTidak ada yang spesial dariku. Namun beberapa orang menganggapku malah sebaliknya. Ketika mulutku sekali terbuka, akan kubuat mereka semua terdiam. Mereka tidak pernah tahu, kalau aku --- mempunyai banyak mata yang akan selalu mengawasi. #cerita gay...