Tiga Empat

962 99 1
                                    

"Mas kenapa harus bohong sama Kak Ferly?" Aldi natap Aldo dengan wajah memelas. "Kak Ferly kan udah bantu kita selama ini..."

"Gak papa Di, kalo kakak lo gak mau bilang. Asal apa yang dia lakuin, jangan sampai merugikan orang lain aja."

"Mas ambil lagi aja semua barang-barang itu." kata Aldi sebelom dia tiduran lagi dengan posisi memunggungi.

Aldo diam mematung. Gue tau dia pasti lagi nyembunyiin sesuatu. Dan gue yakin, pasti dia mau nyampein sesuatu ke gue. Cuma, dia bingung mau mulai darimana.

"Gue mau ke cafetaria. Laper.." kata gue cuek. Gue usap kepala Aldi sebelom gue keluar dari kamar.

Okelah, gue emang ngasih kartu kredit ke dia. Dan sekalipun belom pernah ada notif transaksi dari kartu kredit itu yang gue terima. Itu artinya kan dia sama sekali belom pernah memakainya.

Tapi, darimana dia bisa punya uang cash sebanyak itu di dompetnya? Dan lagi, Aldi juga ngasih tau ke gue kalo ternyata kakaknya punya simpenan uang senilai sepuluh juta yang di simpen di tas ransel di bawah kasurnya.

Bener dugaan gue. Ternyata Aldo ngikutin gue dari belakang.

"Gue kira lo gak laper..."

Aldo gak ngejawab. Gue ngejar pintu lift yang nyaris ketutup itu. Tapi, gue serasa syok banget begitu ngeliat dua orang yang udah duluan ada di dalem lift itu.

Gue liat ekspresi Aldo langsung berubah begitu ngeliat Leon. Gue sendiri masih bingung dan gak habis pikir, kenapa pria itu bisa duduk di kursi roda dan bareng sama Leon?

Jantung gue berdebar-debar. Kenapa gue harus ketemu sama orang itu disini?!! Kenapa Tuhan...?!!

"Fer, kamu kenapa?"

"Kenapa?" gue noleh ke Aldo. "Aku? Kenapa?"

"Daritadi aku ngajakkin ngomong, tapi kamu kok malah bengong?"

"Aku ---" Gue nelen ludah. Dari pantulan kaca lift depan gue, jelas banget gue bisa ngeliat kalo dua orang  yang ada di belakang gue sama Aldo lagi ngeliatin dengan wajah menyelidik.

Enggak mungkin! Ini pasti cuma perasaan gue aja. Gak mungkin mereka bisa ngenalin gue dengan penampilan gue yang kayak manusia alien ini.

Ting!

Beruntungnya gue karena pintu lift udah kebuka lagi. Gak pake lama, gue pun langsung ngibrit buat ngindarin kedua orang tadi.

Sampai di cafetaria, gue pesen nasi sama sop iga. Gue nawarin Aldo, tapi dia cuma pesen matcha latte doang.

"Fer, sebenernya ---"

"Ngomong aja. Kan cuma ada kita berdua.."

Dia ngaduk-ngaduk minumannya kayak orang bodoh.

"Kalo pun lo gak mau, gue kan juga gak maksa."

"Aku --- kerja, Fer."

"Kerja beneran kan? Bukan jadi gigolo?"

Sorry-sorry aja ya Do, kalo lo kesinggung. Tapi emang gue itu bukan tipikal orang suka basa-basi.

"Kok diem?"

"Aku -- jadi supir dan tukang bersih-bersih di rumahnya Yuka."

Sumpah. Perut gue langsung berasa penuh banget. Padahal gue baru ngabisin setengah mangkok sop iga.

"Yakin?" gue tatap dia. "Berarti semua itu dari dia?"

Aldo ngangguk. Wajahnya keliatan tertekan banget.

"Gue sih gak peduli ya Do, lo mau ngapain aja sama dia."

Aldo ngeluarin hapenya. Dia ngasih liat gue beberapa foto dan videonya Yuka, yang lagi berduaan dengan cowok.

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang