Dua Dua

1.1K 118 4
                                    

(Lanjutan dari chapter sebelumnya...)

"Ayo Do, kita turun..!" gue langsung aja tarik tangan dia.

"Kamu darimana, Fer?"

"Emmm, kan tadi dari toilet. Ngantri." jawab gue bohong.

Udah mau jam satu aja gak terasa. Gate di lantai basement pun udah dibuka. Setiap guest yang mau masuk, diharuskan memperlihatkan kartu member club dan invitation yang dikirim secara private ke hape masing-masing via aplikasi khusus.

Ternyata mulai dari tangga turun sampai gate satu, kondisinya udah penuh sesak banget. Mau gak mau gue sama Aldo jadi pegangan tangan terus. Soalnya kita takut kepisah. Apalagi gue gak mau sampai ketemu sama om-om aneh itu lagi.

Hihi, lumayan juga gue dapet uang setengah juta sama bantuin ngocok kontolnya dia sampai muncrat.

Gue sama Aldo akhirnya bisa lolos di gate awal. Selanjutnya, setiap guest yang udah menunggu di lobi, diharuskan melepaskan seluruh pakaian dan meletakkannya pada loker yang udah di sediain sama pihak menagement club ini.

Tanpa ragu apalagi malu-malu, gue langsung ngelepas seluruh pakaian gue tanpa terkecuali. Gue disini udah sebodo amat. Karena tujuan gue kesini itu buat nyari orang-orang yang ada hubungannya dengan adeknya si Aldo.

"Ferly, kamu kok ---"

Gue ketawa aja sambil nepuk-nepuk punggungnya Aldo. "Kalo kita mau cari orang jahat, tentu kita harus jadi orang jahat juga. Ayo, do...!"

Kayaknya gue emang terlalu semangat dan berlebihan. Gue sampai jingkrak-jingkrak dan sempat jadi pusat perhatian pengunjung lain.

Mata gue terbelalak ngeliat ratusan pria tumpah ruah jadi satu dalam keadaan telanjang bulet semua. Suara keras musik DJ, menggema di seluruh penjuru ruang private bawah tanah ini.

Gak sekali dua kali, gue hampir aja jatoh. Tapi untungnya gue ditolong orang dan secara refleks gue megang kontol mereka yang bergelayutan bebas.

"Gue mulai gerah nih, do!!" teriak gue ke Aldo.

Beberapa pria yang gue perkirakan seumuran dengan Prabu ngedeketin gue sambil bawa gelas berisi minuman dan rokok.

"Boleh dong icip sedikit, manis.."

"Hhhaahh?!! Icip apanya, om?!" teriak gue polos.

Tanpa gue duga, tiba-tiba aja pria berkulit cokelat itu menjilat punggung gue yang basah kuyup. Lalu dia teriak girang banget.

"Anjayyy!! Keringet brondong emang gurih nyesss..!!"

"Kontol kamu lucu. Ngegemesin ihhh..."

"Iya dong...!! Kontol om juga!! Jadi pengen dimasukkin!!"

Gue lagi jingkrak-jingkrak dalam alunan lagu keras, si Aldo tiba-tiba narik gue menjauh dari kerumunan orang-orang itu.

"Kamu jangan begitu, Ferly!"

"Sorry-sorry, abisnya gue kebawa suasana...!"

"Hai..!!"

Gue sama Aldo sontak noleh ke arah suara itu.

"Leon?!"

"Kirain udah lupa.."

"Haha, ya enggak lah! Mana mungkin aku bisa lupa cowok sekeren kamu..!" gue ngelirik ke Aldo. Kayaknya gue harus ngajak si Leon angkat kaki nih. "Leon, kita cabut aja yuk!"

The EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang