Make wig sama kaca mata kuda, ditambah lagi bikin noda jerawat di wajah itu sama sekali buat gue gak nyaman. Bayangin aja, rasanya tuh panas, gerah, gatel, belom lagi pas di rumah gue harus ngaca diri supaya gue bisa buat postur tubuh gue agak bongkok dikit.
Rumah sakit sialan! Kenapa juga sih semua masalah ini harus bermuara di tempat laknat ini, hah?!
Semoga aja kemaren-kemaren gak ada yang ngenalin gue waktu beberapa kali mondar-mandir di rumah sakit ini.
Sssrkkksss...
Aldi --- agak kaget waktu gue masuk ke dalam kamarnya. Dia sempet merhatiin gue dengan tatapan curiga dan waspada gitu.
"Aldo mana?"
Baru setelah dia ngenalin suara gue, ekspresinya kayak antara bingung, takjub, sekaligus jijik gitu.
"Kak Ferly...?"
Baru gue mau ngejawab. Pintu kamar di belakang gue udah kebuka lagi. Dan gue gak tau kalo yang masuk itu adalah ---
"Selamat pagi, Aldi. Gimana kabarnya pagi ini?"
Akhirnya --- setelah beberapa hari gue nyari-nyari tuh manusia, sampai kaki gue pegel ngelilingin nih rumah sakit --- tuh makhluk muncul sendiri tanpa perlu gue cari lagi.
Dia natap gue dengan mata cemerlangnya. "Temannya Aldi ya?" Wajah yang sama dengan yang gue ngeliat di mall waktu itu. Pantes aja, gue ngerasa heran kenapa bisa kakak gue jalan sama pria lain yang bukan suaminya..?
"Iya, dok."
Gue pura-pura naroh keranjang buah dan empat kantong belanjaan berisi cemilan buat gue sendiri. Gue sengaja beli banyak makanan, soalnya gue udah niat bakalan nginep disini sampai beberapa malam ke depan.
"Kalau terus membaik seperti ini, dua minggu lagi kamu sudah bisa pulang."
Gue ngelirik diem-diem. Aldi senyum aja menanggapinya. Mungkin dia gak tau kalo dokter sialan itulah yang nyaris membuat roh dan raganya terpisah untuk selamanya.
"Kakakmu kemana?"
"Gak tau, dok. Dari kemaren belum kesini."
Wahhh, kemana si Aldo?! Kok dia pergi gak ngasih tau gue sih?!
"Baiklah. Kalau kakakmu sudah pulang, tolong segera beritahu kalau saya ingin bertemu dengannya."
"Iya, dokter."
Gue langsung nyamperin Aldi begitu dokter dan dua perawat itu keluar.
"Aldo kemana?"
"Aku gak tau, kak. Mas Aldo sering pergi tapi gak pernah bilang mau pergi kemana.."
Tiba-tiba mata gue tertuju pada Samsung Galaxy Note 10 yang ada di sebelah bantalnya Aldi. Selain itu, gue juga ngeliat ada beberapa tas belanjaan di bawah ranjang yang isinya pakaian, sepatu, dan makanan.
"Makasih ya kak, kakak udah beliin aku hape sama baju dan sepatu."
"Ehhh -- iya." loh kok gue malah bingung sendiri..?
"Mas Aldo bilang kalau belakangan ini Kak Ferly lagi sibuk. Jadi gak bisa kesini."
Kebohongan apalagi yang lagi direncanakan sama si Aldo sih?! Kenapa dia sampai harus bawa-bawa nama gue segala?!
"Kak ---" suara Aldi memecah lamunan gue. "Mas Aldo ---" dia malah diem. Dari ekspresinya itu, dia kayak mau ngomong sesuatu ke gue. Selanjutnya dia cuma senyum sambil geleng pelan.
"Gue mau ngeliat Willy dulu ya.."
Jangan sampai ada masalah lagi deh. Soalnya kepala gue udah beneran mumet. Yang kemaren-kemaren aja belom kelar, ini udah ditambah lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Eye
Teen FictionTidak ada yang spesial dariku. Namun beberapa orang menganggapku malah sebaliknya. Ketika mulutku sekali terbuka, akan kubuat mereka semua terdiam. Mereka tidak pernah tahu, kalau aku --- mempunyai banyak mata yang akan selalu mengawasi. #cerita gay...