.: tujuh belas :.

1.8K 215 1
                                    

Btw selamat hari raya idul fitri gaisnya!!!^^

Mohon maaf lahir dan batin yaaa

Happy Reading!!!^^




Kalau hari libur, biasanya Ara akan membetahkan dirinya diatas ranjang sampai siang nanti. Tapi beda dengan hari ini.

Pagi-pagi sekali Ara sudah bangun dan langsung belajar. Bahkan dirinya  belum turun ke bawah untuk sarapan.

Kalau sudah begini Ara malas sekali untuk sarapan. Jadilah ia hanya minum susu pisang yang memang Mama sediakan di dalam kamar Ara.

Tok tok tok

Mama masuk dengan nampan berisi sepiring lasagna dan jus melon. Diletakkannya di sisi meja belajar Ara, dan beralih mengelus rambut anaknya.

"Sarapan dulu yuk?"

"Nanggung Mah. Bentar lagi ya?" Tatapan Ara masih belum teralihkan dari soal-soal itu.

"Adek," masih tidak ada jawaban.

"Ara!" Ara terkejut dan langsung meletakkan pulpennya.

"Kaget ya? Maaf. Tapi adek harus sarapan. Kesehatan adek lebih penting."

Benar juga kata Mama.

Ara mengangguk dan segera memakan sarapannya dengan mata yang masih terfokus ke soal soal itu.

Selagi Ara menyantap sarapan nya, Mama duduk di samping anak gadis nya itu dan memperhatikan wajah nya yang tampak lelah.

Kemudian netra Mama teralihkan melihat semacam lebam yang ada di lengan kiri Ara.

"Ini kenapa?" Tanya Mama sambil menyentuh lengan kiri si bungsu Kim itu.

Ara yang tadinya fokus dengan kertas soal dan sarapan nya, kini menoleh dan ikut melirik lengan kirinya.

"Oh tadi kebentur ujung meja nakas waktu bangun tidur," jawab Ara santai.

Bohong. Sebenarnya Ara tidak tahu itu kenapa, yang jelas Ara baru menyadari dan tidak terasa sakit juga. Ia hanya tidak ingin membuat Mama khawatir.

Mama masih menatap lebam itu. Memang terlihat seperti habis terbentur, tapi wanita Bae itu sedikit tidak yakin.

Karena Ara bilang itu hanya terbentur, jadi Irene mencoba untuk percaya. Walau hatinya sedikit gelisah.

Setelah sarapan Ara melanjutkan acara belajarnya. Tidak hanya matematika dan fisika saja. Pelajaran lain pun ia juga pelajari.

Waktu terus berjalan dan Ara masih saja berkutat dengan materi dan soal-soal di hadapannya. Ara akan berhenti jika ia lapar dan merasa dirinya harus mandi. Sisanya, ia akan terus belajar.

Ponselnya pun tidak ia pedulikan. Entah sudah ada berapa puluh pesan dan panggilan yang masuk di ponselnya.

Tidak terasa sudah hampir tengah malam. Mata Ara sudah mulai berat dan tidak sanggup lagi untuk menatap semua tumpukan soal itu.

Ara menjatuhkan kepalanya dan menyembunyikan tubuh bagian atasnya itu disela-sela lipatan lengan kanan nya. Kemudian gadis itu memejamkan mata.

Kepalanya pusing. Lehernya juga pegal karena terlalu banyak menunduk melihat soal sejak tadi pagi.

Ara menegakkan kembali badan nya dan menunduk sejenak, menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan. Kepalanya sangat pusing.

Tes.

Ara otomatis membuka matanya dan melihat soal matematika nya sudah penuh dengan darah yang keluar dari hidungnya.

"Kan kecapekan lagi,"

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang