.: tiga puluh dua :.

2K 190 8
                                    

(Disarankan memutar video yang ada di multimedia)

Happy Reading!!!^^


Ara menatap heran dua orang di depannya ini.

"Ara gue bawain strawberry cheese cake kesukaan lo nih." Kata Jeno sambil menyodorkan tiga tumpuk box berisi kue yang ia maksud.

Merasa tidak mau kalah, Taeyong juga menyodorkan box berisi makanan. "Saya juga bawain kamu makanan."

Lihat, sekarang si sulung dan si bungsu Lee itu saling menatap tajam. Hawanya juga mendadak beda, seakan ada api persaingan yang keluar dari sisi badan mereka.

Ara jadi semakin heran kan dengan tingkah dua Lee bersaudara ini.

Mereka tidak salah makan, kan? Atau jangan-jangan mereka kerasukan hantu rumah sakit ini?!

Bahkan tadi saat masuk pun mereka saling berebut agar salah satu dari mereka lebih dulu sampai di ranjang Ara.

"Gue dulu."

"Gak! Gue dulu!"

"Gue abang lo!"

"Gue adek. Jadi lo harus ngalah!"

Tangan Ara terulur untuk mengambil kedua pemberian itu dan meletakan nya di meja nakas. Membuat Taeyong dan Jeno yang tadinya adu mulut jadi terdiam.

"Thanks semua. Dari pada bikin telinga gue makin gedeg, mending sekarang kalian pulang." Lalu Ara mengambil buku bacaan nya dan kembali terlarut dalam cerita yang disampaikan si penulis.

Taeyong dan Jeno terdiam dan menatap Ara tidak percaya. Apa mereka baru saja diusir?

Apakah mereka pulang? Oh jelas tidak.

Persaingan Lee bersaudara tidak sampai disitu saja. Sekarang mereka tengah berebut satu kursi yang ada di dekat hospital bed Ara.

"Gue duluan anjir."

"Lo jadi adek durhaka banget. Siniin."

"Gak! Pulang aja lo sana." Jeno melotot ke arah abangnya itu.

Oh ayolah, di belakang mereka ada satu kursi menganggur, kenapa harus berebut seperti ini?

Karena konsentrasi membaca bukunya terganggu, Ara menutup bukunya kesal dan menatap Lee bersaudara di depannya dengan tatapan tajam.

"Duduk di sofa atau pulang?" Kata Ara singkat. Masih dengan wajah dan nada kesalnya.

"Mampus lo. Sana duduk di sofa." Jeno mendorong abangnya agar menjauh dan duduk di sofa.

"Enak aja. Lo kali yang duduk di sofa."

"Lo!"

"Ya lo lah anjir!"

"Dua-duanya."

Kalau begini terus kepala Ara jadi semakin pusing kan. Bisa-bisa dia harus menginap lebih lama lagi di sini.

Eh tak apa, asalkan dokternya Dokter Jeffrey.

Mau tidak mau Taeyong dan Jeno menurut. Sekarang mereka duduk di sofa tapi saling berjauhan.

Jeno di ujung kiri dan Taeyong di ujung kanan. Saling menatap tajam dan saling menyalahkan satu sama lain karena harus duduk di sofa.

"Badan doang gede, kelakuan kayak bocah begini." Ara sampai menggeleng melihat mereka.

Mencoba untuk tidak peduli, Ara kembali fokus pada buku bacaan nya.

Pintu ruang inap Ara terbuka. Menampakan Dokter Jeffrey dengan kemeja hijau lumut dan dilapisi snelli di bagian luarnya.

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang