.: tiga puluh tiga :.

1.7K 180 2
                                    

(Disarankan untuk memutar video yang ada di multimedia)

Happy Reading!!!^^




Pagi ini Ara sendirian lagi di ruang inap nya. Mama masih keluar untuk membeli sarapan dan belum kembali sampai sekarang.

Ara sedang duduk diatas kursi roda sambil menatap keramaian kota dari jendela kaca besar yang ada di ruang inapnya.

Kebetulan tadi ada perawat yang masuk untuk mengantar obat, jadi sekalian saja gadis itu minta tolong dipindahkan ke kursi roda dan duduk di dekat jendela.

Cukup lelah dan bosan selama hampir dua minggu ia harus terbaring di atas hospital bed.

Semua buku bacaan yang Papa dan Guanlin belikan juga sudah ia jamah. Tidak ada satupun buku yang terabaikan.

Netra coklatnya masih tidak lepas dari pemandangan di balik jendela besar itu. Ara menghela napasnya panjang.

Pintu ruang inapnya terbuka, menampakan Mama yang baru saja datang dengan kantong plastik berlogo restoran cepat saji.

"Maafin Mama ya tadi macet di jalan, jadi nyampek nya agak lama." Kata Mama sambil meletakan tas jinjing dan kantong plastik yang ada di tangannya.

Tapi Mama tidak mendengar balasan dari anak gadisnya. Ara masih terus menatap ke luar jendela. Lebih tepatnya melamun.

Mama menghampiri Ara dan memeluk anaknya itu dari belakang. Menyimpan dagunya di bahu Ara dan ikut melihat pemandangan kota di pagi hari.

"Kenapa sayang?" Ara masih diam.

Tidak ada percakapan untuk beberapa saat. Keduanya masih fokus dengan pikiran masing-masing.

"Mah..."

"Hm?" Mama baru saja mengambil tisu basah dan sekarang wanita Bae itu tengah membersihkan wajah anaknya dengan sedikit membungkuk.

Mama mengembangkan senyumnya melihat wajah cantik anak bungsunya ini.

"Aku kanker ya?"

Mama menghentikan aktivitasnya. Senyumnya mendadak luntur, lidahnya juga kelu untuk menjawab ucapan Ara.

Bagaimana Ara bisa tau?

"Iya kan? Jawab, mah."

Ara yang tadinya menunduk kini mengadahkan kepalanya, menatap Mama yang mematung dengan matanya yang sudah merah dan berair.

Melihat itu Mama hanya bisa menunduk. Mencoba sekuat mungkin untuk tidak menangis, tapi tidak bisa.

Ara mengeluarkan amplop putih dari saku celana rumah sakitnya. "Kenapa Mama sembunyiin ini dari aku?"

Ara kecewa, sangat kecewa. Tangannya sekarang bergetar sambil mengangkat amplop itu di hadapan Mama.

Darimana Ara mendapatkan itu?

Kemarin sebelum Mama pulang untuk berganti baju, Ara melihat ada yang jatuh dari dalam tas Mama. Sebuah amplop putih dan panjang dengan logo rumah sakit di pojok atas.

Karena Mama sudah terlanjur keluar dari ruang inapnya, jadi Ara mengurungkan memanggil Mama.

Setelah diliat dari luar amplop, gadis itu jadi teringat ucapan Dokter Jeffrey waktu itu. Benar, ia belum melihat hasil lab nya. Sepertinya amplop ini berisi hasil lab miliknya.

Karena penasaran dengan isi amplop itu, Ara yang sedang bersandar di ranjang nya langsung membuka amplop itu dan membaca isinya.

Matanya bergerak untuk membaca setiap kata yang tertulis disana dengan tangan bergetar.

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang