.: tiga puluh delapan :.

2.6K 207 28
                                    

Happy Reading!!!^^



Pintu ruang inap Ara terbuka. Membuat gadis Kim itu mengembangkan senyum untuk yang ke-sekian kalinya.

"Jeno?"

Senyuman di wajahnya luntur lagi, ternyata Khaila.

Cewek Park yang baru saja datang itu langsung menatap heran sahabatnya. Khaila menghampiri Ara dan duduk di sisi ranjang nya.

"Lo gak suka gue dateng?" Khaila memegang kedua bahu Ara dan memiringkan kepala nya agar bisa melihat wajah sahabatnya.

"Jeno.." Khaila mengerutkan dahinya setelah mendengar Ara mengucapkan nama Jeno.

Oh ayolah, bukan nya sekarang Ara berpacaran dengan Taeyong? Kenapa masih mencari Jeno?

Awalnya Khaila menentang itu semua. Menentang Ara yang berpacaran dengan Taeyong, itu sudah jelas.

Cewek Park itu tidak bisa berhenti marah-marah saat tau berita dari Winwin. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ara saat itu.

Lagipula apa hebatnya seorang Lee Taeyong? Bisanya membuat Ara menangis saja. Begitu pikir Khaila.

Tapi ingat, ada Herin yang selalu menjadi pendingin dikala Khaila kalut seperti itu.

"Khai! Lo gak bisa ngubah jalan hidup orang. Walaupun Ara suka, tapi lo gak bisa paksa Ara buat cinta sama Jeno. Kalo bahagia Ara cuma Pak Taeyong kita bisa apa?"

"Lo mau Ara terpuruk lagi kayak dulu? Lo mau kanker Ara makin parah?

"Pikirin aspek lain di diri Ara juga."

Begitu kata Herin tadi pagi ke Khaila yang amarah nya sudah memuncak. Amarah Khaila yang awalnya sudah di ubun-ubun, mulai mereda dan menangis.

Pagi tadi untuk pertama kalinya ia menangis sekencang itu dihadapan orang lain, dan itu Herin.

Kedua tangan nya masih setia bertengger di bahu Ara. Tapi gadis Kim itu masih betah bungkam.

Khaila beralih menatap Herin yang baru selesai memotong buah persik. Cewek Seo itu hanya menggeleng, sebagai tanda agar membiarkan Ara untuk tenang sejenak.

Pintu ruang inap nya kembali terbuka. Ara tidak ada gairah lagi untuk menatap ke arah pintu karena sudah pasti itu bukan Jeno yang datang.

Mama dan Papa datang diikuti perawat yang membawa makanan dan obat di belakang mereka.

"Adek makan dulu yuk?" Kata Mama lembut. Tangan putih mulus tanpa keriput nya mengambil piring makanan yang baru saja datang dan hendak menyuapi Ara.

"Tadi Ara udah makan bareng Pak Taeyong." Kata Ara. Itu sungguhan, tadi tiba-tiba Ara ingin makan chicken katsu. Jadi Taeyong sebagai pacar yang baik, dengan senang hati membeli apapun yang Ara inginkan.

Ucapan Ara langsung di iya kan oleh Herin sebagai saksi.

"Ya udah, di minum obatnya. Nanti kalo laper lagi makan ini aja, ya?" Si bungsu Kim itu mengangguk pelan.

Ara yang sudah hafal dengan obat yang harus ia minum langsung menyambar beberapa pil obat ─mungkin sekitar 8 pil di tangan nya, dan langsung memakan semua sekaligus tanpa bantuan air.

Ara hanya sedang malas minum air. Dan ia memasukkan semua obat itu saat yang lain sibuk dengan urusan nya masing-masing. Tapi kalaupun ketahuan, mereka tidak bisa berbuat karena obatnya sudah terlanjur masuk, seperti dulu.

Setelah itu Ara langsung berbaring dan menatap langit-langit ruang inap nya. Di dalam pikiran nya masih penuh dengan bayangan Jeno, Jeno, dan Jeno.

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang