.: tiga puluh empat :.

1.7K 183 20
                                    

Happy Reading!!!^^








"Ara, kemo ya?"

Sudah berkali-kali keluarga Ara, juga teman-teman nya membujuk gadis itu untuk menjalani kemoterapi, tapi tidak ada yang mempan.

Ini sudah ketiga kalinya Guanlin membujuk kawan nya ─Ara, untuk menjalani kemoterapi, tapi gadis itu masih saja diam sambil duduk memeluk lututnya sendiri. Cowok Lai itu menoleh ke belakang dan menggeleng ke arah keluarga Kim.

Mama yang melihat itu tidak bisa berkata-kata lagi, hanya menggigit mulut bagian dalamnya untuk menahan tangis.

Ara terlihat menyedihkan sekarang. Rambut yang berantakan, matanya juga bergetar dengan cairan bening yang mengumpul di pelupuk mata. Tangan yang tengah memeluk kedua kakinya itupun juga bergetar karena tidak makan selama 3 hari terakhir.

Kondisinya semakin hari semakin memburuk. Badannya semakin terlihat kurus, warna kulitnya juga semakin pucat dan kering.

Ditambah lagi Ara yang selalu menolak apapun makanan yang ditawarkan dan obat yang tidak rutin ia minum. Asupan yang Ara terima sebagian besar hanya dari cairan infus saja. Membuat semuanya termasuk Dokter Jeffrey juga harus memutar otak.

Ara tidak bisa seperti ini terus, dirinya harus segera menjalani pengobatan lebih lanjut agar tidak terjadi sesuatu di kemudian hari.

Papa menghampiri anaknya, menggantikan posisi Guanlin tadi di samping Ara. Tangannya terulur mengelus lengan anaknya yang terasa sedikit kasar dan kering.

Ara langsung menarik lengan nya sambil menggeleng keras. Menggeser badannya juga guna menjauhkan diri dari sang Papa.

"Nggak.. nggak.. aku gak mau kemo."

"Ara sembuh... Ara gak sakit... Ara sembuh..." racau Ara dengan suara lirihnya.

Bahkan Suho belum membuka suara pun Ara sudah begini. Kim Suho mengulum bibirnya lalu menunduk. Ia tidak bisa melihat anaknya seperti ini terus.

Ditempatnya Mama masih bungkam, wanita Bae itu sudah tidak bisa menahan air matanya. Irene berbalik badan, memunggungi semua yang ada disana dan menangis tanpa suara.

Tangannya terkepal menahan bibirnya yang bergetar agar tidak mengeluarkan isakan. Disamping itu, si sulung Kim langsung memeluknya. Mencoba menyalurkan energi yang tersisa agar Mama bisa lebih kuat menghadapi semua.

"Mama..." kata Winwin dengan volume kecil, membuat Mama menggeleng pelan sambil berkata kalau dirinya baik-baik saja.

Sementara Ara masih terus meracau sambil mengelus kedua bahunya kasar. Bibirnya juga semakin bergetar karena menahan tangis, ditambah dirinya yang terlihat gelisah.

"Nggak.. Ara gak sakit.."

"Ara kamu harus-"

"Aku gak sakit!!!"

Tanpa diduga Ara berteriak dan melempar apapun yang ada di dekatnya. Termasuk vas berisi bunga pemberian Taeyong waktu itu, sampai pecahan nya menggores lengan Papa walaupun sedikit.

Mama yang tadinya menangis langsung berbalik, dan menutup mulutnya dengan tangan bergetar melihat anaknya yang semakin memberontak.

"Mama disini aja,"

Winwin langsung berjalan menuju ranjang adiknya dengan cepat, walaupun kakinya masih belum sembuh total. Setidaknya ia harus menghentikan Ara.

Bahkan jarum infusnya pun juga ikut terlepas sangking kerasnya ia memberontak. Sekarang tangan nya mulai dipenuhi dengan darah segar.

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang