Sudah siap memecahkan teka-teki yang ada di benak kalian? wkwk
(Disarankan untuk memutar video yang ada di multimedia)
Happy Reading!!!^^
Wanita berusia pertengahan 50-an itu mulai memasuki area pemakaman umum. Di tangan nya, ia membawa satu keranjang berisi bunga anyelir dan krisan putih.
Langkah yang perlahan namun pasti, membawa Bae Irene menuju ke kuburan orang yang selalu ia rindukan kehadiran nya.
Setelah sampai, Irene melebarkan kain dan duduk di atasnya. Tidak lupa membuka selendang hitam di kepala nya, dan menyampirkan kain hitam tipis itu ke bahu nya.
"Mama dateng," wanita Bae itu tersenyum tipis. Kemudian tangan putih yang tidak menampakan keriput itu meletakkan 2 macam bunga yang ia bawa.
"Hari ini anyelir sama krisan putih, suka gak? Mama tadi ambil di toko bunga punya Mama." Monolog Irene. Kemudian ia merasakan angin semilir yang menghampiri nya, menerbangkan anak rambutnya yang tidak ikut terikat.
"Kemaren Jeno telepon Mama loh, dek. Nanyain kamu, kangen katanya."
"Terus Mama bilang kalo kamu baik-baik aja, karena Mama rajin kesini buat jengukin dan bersihin rumah kamu." Tangan Irene mengelus pelan batu nisan Ara yang ada di sampingnya.
"Jeno gak bisa pulang, ada ujian katanya. Kamu doain Jeno juga ya biar cepet lulus dan bisa rajin jengukin kamu lagi." Lagi-lagi angin semilir berhembus. Wanita Bae itu kembali mengembangkan senyumnya.
"Taeyong rajin jengukin kamu ya, dek. Udah lama Taeyong gak main ke rumah, dulu dia hampir tiap hari main di kamar kamu." Monolog Irene lagi sambil menyentuh buket bunga ─yang ia yakini itu dari Taeyong.
"Mama kangen kalian," Irene juga menoleh ke sisi kanan nya dengan mata yang bergetar. Kemudian tangan nya juga mengelus lembut batu nisan dengan tinta emas itu.
"Mama kesepian gak ada kalian," setetes air mata lolos dari mata kanan nya.
"Tiap hari yang Mama hadapi cuma sendiri, sunyi, dan hampa." Monolog wanita Bae itu lagi dengan suara bergetar.
Kemudian kepala nya mengadah, tangan nya juga mengusap air mata yang sudah merembes di kedua pipi nya. Mata coklat itu memejam sejenak, seakan tidak merasakan kesendirian lagi ketika berada disini.
Drrt drrt drrt
Ponsel di tas hitam kecilnya bergetar, menandakan ada panggilan yang masuk.
Segera Irene menghapus lagi sisa air mata yang tertinggal, dan menetralkan suasana hatinya agar tidak terdengar aneh saat menerima telepon nantinya.
"Halo?"
"Iya, bentar lagi Mama pulang. Gak usah di jemput, Mama bisa sendiri." Kepalanya mengadah lagi dan merasakan setitik air yang jatuh di atas tangan nya. Akan turun hujan rupanya.
Setelah mematikan panggilan telepon, wanita Bae itu kembali menatap 2 batu nisan yang ada di samping kanan dan kiri nya, kemudian mencoba untuk tersenyum.
"Mama pulang dulu, ya? Maaf cuma sebentar, mau hujan. Mama gak bawa payung,"
Setelah membereskan kain dan mengenakan selendang hitamnya, Irene menatap 2 batu nisan itu sekali lagi.
"Ara, lusa Mama kesini lagi." Tangan nya mengelus batu nisan bertuliskan nama anak gadisnya. Kemudian beralih mengelus batu nisan di samping kanan nya.
"Papa, jagain adek, ya? Karena cuma Papa dan tuhan yang bisa jaga Ara disana. Mama sama Winwin cuma bisa jaga kalian lewat doa setiap malam." Bibir dan matanya kembali bergetar. Mata coklat itu sudah siap mengeluarkan cairan bening lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]My Teacher My Boyfie | Lee Taeyong
FanfictionIni bukan tentang perjodohan atau pernikahan dini. Ini tentang perjuangan Ara mendapatkan cinta manusia siluman kulkas yang penuh liku dan luka. Start : 21 April ©syucims, 2020.