Di bawah 17 tahun skip aja yaaa😄
Happy Reading
Rani POV
Hari itu kelakuan Mas Alfian sungguh berbeda dari biasanya. Seharian ini suamiku itu terlihat sangat gelisah. Aku tak tahu apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Aku pun tak berani menyakan apa masalah yang sedang dihadapinya.
"Ran, aku pergi sebentar," katanya sambil bergegas keluar rumah.
Aku hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut.
Tak ku ketahui ia pergi kemana. Aku tahu ia sedang memendam kesal kepada seseorang. Entah dengan siapa.
Malam harinya, Mas Alfian datang dengan wajah memerah seperti sedang menahan sesuatu. Wajahnya sangat mengerikan.
"Mas? Kamu kena.....," belum aku melanjutkan perkataan, tiba-tiba sudah diserang oleh suamiku sendiri.
Diciumnya bibirku secara kasar, dan memaksaku untuk ke kamar dengan mendorong perlahan tapi kasar tubuhku hingga sampai kamar. Untung saja Rendra sedang tidur di rumah Mas Ari. Rendra memang sudah berencana menginap malam ini di sana.
"Hmmppp," hanya suara itu yang aku keluarkan. Mas Alfian seperti kesetanan saat ini. Entah siapa yang menyebabkan suamiku ganas seperti ini.
Mas Alfian melepaskan ciuman kasarnya. Dan aku pun terengah seraya mengambil napas. Belum usai aku mengambil napas, Mas Alfian menyerangku kembali. Mencium bibir sambil melumatnya dengan rakus. Ini bukan Mas Alfian yang aku kenal. Mas Alfian biasanya romantis saat melakukan hubungan suami-istri.
"Mas kamu apa-apaan?" teriakku saat suamiku itu berusaha merobek daster rumahan yang sedang aku pakai. Dan mendorongku ke kasur. Lagi-lagi dengan kasar.
"Tolong aku Ran, Sari gila. Dia kasih aku obat perangsang. Dia ingin aku seolah memperkosanya, tolong aku Ran," racaunya dengan peluh yang berlimpah di sekujur tubuhnya.
"Tapi nggak gini caranya Mas, kamu lampiaskan......hmmppp," belum selesai aku menjawab, tiba-tiba Mas Alfian mencium bibirku dengan kasar dan daster ku sudah terkoyak tak berbentuk lagi.
"Mas, sadar Mas. Aku bukan boneka yang bisa kamu mainkan," ucapku sambil berusaha memberontak dari tubuh suamiku. Ku pukul berkali-kali dada bidangnya berharap suamiku akan sadar. Namun hasilnya nihil.
Sayangnya pergerakan ku terbatas. Kedua tanganku diikat di atas kepalaku dengan menggunakan daster yang sudah tak berbentuk. Kemudian aku didorong kembali ke kasur.
Aku berusaha bangun namun Mas Alfian terus menindih diriku sampai tak bergerak sama sekali. Kakiku terus memberontak, namun usahaku sia-sia. Tenaga Mas Alfian terlalu besar dan sulit untuk aku kalahkan.
"Mas Al, aku mohon kamu sadar Mas," kataku yang semakin lemas dan diiringi tangisan pilu. Semoga tangisanku ini bisa menyadarkan suamiku.
Namun sayang seribu sayang, Mas Alfian tetap melakukan hal menjijikkan itu untuk memuaskan nafsunya. Aku tak bisa melawan karena tanganku terikat dan tubuh kokoh suamiku menindihku tanpa ampun. Semua ini karena obat perangsang sialan itu, suamiku jadi beringas seperti ini.
Dibawahnya aku merasa sudah tak punya harga diri. Biasanya kami melakukannya dengan penuh cinta, bukan seperti sekarang yang penuh nafsu membara.
Mas Alfian terus menjelajahi seluruh tubuhku sambil mengucapkan nama orang yang sudah menjadi perusak rumah tangga ku, "Sari".
Hatiku sakit, disaat kami melakukan hubungan intim namun mengapa nama Sari yang terus suamiku sebut. Aku tak punya tenaga untuk melawan kekuatan nafsu suamiku, yang aku bisa lakukan hanya pasrah dan menangis pilu tanpa henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔
ChickLit"Auditing dan Akuntansi itu selalu berkaitan dan nggak akan bisa dipisahkan," "Seperti kita," "Maksudnya?" "Kita itu akan selalu berkaitan dan nggak akan bisa terpisahkan. Yang bisa memisahkan kita hanya takdir Allah," Setiap rumah tangga pasti me...