Happy Reading
Alfian POV
Aku masih tak menyangka kalau kakak satu-satunya yang aku miliki bisa menghajar diriku habis-habisan. Sangat brutal seperti diriku adalah kuman yang harus segera dimusnahkan.
Bisa saja aku melawan Mas Ari karena aku juga bisa bela diri meski tak sehebat Mas Ari, namun tak urung kulakukan. Karena aku masih bingung dengan yang sebenarnya terjadi. Hal apa yang membuat kakakku itu sangat murka hari ini.
Kalau saja tidak dicegah Rani, mungkin aku sudah tiada di tangan kakakku sendiri. Padahal aku masih mempunyai masalah yang belum terselesaikan sampai sekarang dengan Rani. Apakah ini hukuman yang diberikan alam untuk diriku yang dengan tega berbuat bejat kepada istriku sendiri?
Tak sekalipun aku melihat kemarahan yang sangat mengerikan dari Mas Ari. Karena semarah apapun, Mas Ari tidak pernah menunjukkannya apalagi menyerang secara membabi buta. Paling sering hanya diam saja untuk menunjukkan kalau kakakku itu sedang marah.
Karena tak kuat menahan beban pikiran ini sendiri, aku memutuskan untuk ke rumah Aji. Aku merasa harus membagi masalah ini dengan orang lain, ya meskipun aku hanya butuh didengarkan saja. Semoga Aji bisa membantu meringankan beban pikiranku ini.
Sebenarnya aku ingin menghubunginya terlebih dahulu, tetapi ya kalian tahu kalau handphone ku sudah ku banting dengan emosi. Aku harus mulai terbiasa hidup tanpa handphone.
"Assalamu'alaikum," sapaku dari luar rumah Aji.
"Waalaikumsalam, loh Al ..... masuk dulu," jawab Aji.
Aku hanya menurut saja. Aji sebenarnya berasal dari Jember, namun di Solo ia juga sudah berhasil membangun rumah sendiri. Katanya sih persiapan untuk calon istrinya nanti.
"Kenapa Al?" tanyanya.
"Aku mau curhat nih, pusing banget rasanya mikirin masalah sendiri," balasku.
"Boleh aja sih, tapi bayar," candanya
"Berapa sih?" balasku meladeni candaanya.
Kenapa aku lebih memilih Aji daripada Arga yang notabene adalah kawan seperjuangan ku dari kuliah?
Itu karena Arga sedang dinas keluar kota sore ini. Alhasil aku hanya bisa membagi kisahku dengan Aji seorang.
"Bercanda Al, santai aja kalau mau curhat," ucapnya berubah serius.
"Kamu tahu kalau aku lagi bermasalah dengan istriku?" ucapku mulai serius.
"Ya, aku udah mengira kalau kalian lagi bertengkar," jawabnya
"Aku udah melakukan kesalahan fatal Ji. Kesalahan yang benar-benar nggak termaafkan," kataku pasrah.
Aji pun tak mengomentari, ia tetap mendengarkan diriku bercerita sampai selesai. Aku ceritakan semua kelakuan bejat ku kepada Rani beserta alasannya. Sempat aku meneteskan air mata saat cerita. Aku menyesal, sungguh menyesal telah melakukan hal itu kepada Rani.
"Aku merasa sangat bersalah sama dia. Dan kamu juga tahu kan gimana sikap Rani di kantor tadi," ucapku.
"Aku benar-benar nggak punya muka bertemu dengan istriku sendiri," ucapku dengan air mata yang semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔
ChickLit"Auditing dan Akuntansi itu selalu berkaitan dan nggak akan bisa dipisahkan," "Seperti kita," "Maksudnya?" "Kita itu akan selalu berkaitan dan nggak akan bisa terpisahkan. Yang bisa memisahkan kita hanya takdir Allah," Setiap rumah tangga pasti me...