19. Canggung

439 34 0
                                    

Happy Reading




Rani POV

Dunia sungguh sempit. Aku sudah berusaha menutup semua akses agar Mas Alfian tak bisa menemukan diriku dan Rendra. Namun, sepertinya semesta tidak mendukung keputusan ku tersebut. Nyatanya sekarang kami kembali ke kota asal bersamaan.

Dalam lima hari ini ternyata kami tinggal di kabupaten dan wilayah yang sama. Sebenarnya aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal seolah aku dan suamiku itu dekat. Entah apakah itu artinya ikatan batinku dengan suamiku itu terlalu kuat.

Hari ini kami berdua kembali dipertemukan di rumah Bulek Rahayu di Sidoarjo. Ia pun sama denganku yang tak menyangka akan bertemu dengan anak dan istrinya, karena memang niat awalnya ia ingin bersilaturahmi dengan Bulekku. Dan ia tidak mengetahui kalau selama lima hari ini aku menginap di rumah Bulek Rahayu. 

Untuk menutupi permasalahan rumah tangga ku di depan Om dan Bulekku, aku memutuskan untuk pulang bersama Mas Alfian. Biar saja Bulek Rahayu mengira kalau suamiku itu tengah menjemput diriku.

Selama di perjalanan pulang, kami hanya berdiam diri. Ia hanya berceloteh dengan Rendra dan seakan aku tak ada disana. Dan itu membuatku sangat canggung dengan suamiku sendiri. Aneh bukan? Tetapi itu memang kenyataannya. Aku tak tahu harus mengajaknya bicara tentang hal apa.

"Mas Aji," panggilku

"Ya Ran?" respon Mas Aji.

"Ingat Rizal anak HMJ nggak?"

Aku pun membahas tentang apapun yang bisa aku bahas dengan Mas Aji. Daripada tak dipedulikan sama sekali oleh orang yang ku sebut suami. Padahal rinduku padanya sudah menggebu-gebu, dan aku hanya bisa menahan tanpa mengutarakan.

"Yang gendut itu ya?" tebak Mas Aji.

"Iya, ternyata sekarang tinggalnya di Sidoarjo, kemarin aku ketemu pas lagi di pasar," ucapku.

"Oh ya? Udah lama banget aku nggak ketemu dia," balas Mas Aji.

Ku lihat suamiku hanya diam saja, tak berniat menimbrung atau sekadar bicara denganku atau paling nggak menyapa lahh, namun hasilnya nihil, ia tetap diam seribu bahasa padahal aku sudah mengkodenya untuk bersuara. Apa susahnya sih mengeluarkan satu kata saja, seperti "aku kangen" atau hanya sekedar "hai" atau apa saja gitu. Huffftt

"Eh Ran, aku mau tanya," imbuh Mas Aji.

"Tanya apa Mas?"

"Tadi kamu ke pasar Krian nggak?" tanya Mas Aji ragu-ragu.

Kok Mas Aji tahu sih? Darimana coba?

"Iya, emang kenapa Mas?" tanyaku balik.

"Benar dugaanmu Al, orang yang kamu lihat tadi memang Rani," ucapnya yang ditujukan kepada Mas Alfian.

Tunggu dulu, berarti tadi pas aku belanja oleh-oleh di pasar Krian, sebenarnya sudah bertemu dengan suamiku?

Tetapi kenapa dia nggak nyapa?

Apa ia sudah tak peduli dengan diriku?

Entahlah aku pusing memikirkannya.

"Maksudnya gimana Mas?" tanyaku memastikan.

"Tadi tuh Alfian lihat wanita berhijab mirip banget sama kamu, dan tadi pas kita di rumah Bulek kamu, jilbab yang kamu pakai sama persis dengan orang tadi," jelas Mas Aji.

Dan kalian tahu respon suamiku?

Tak peduli dan malah asyik menggoda Rendra. Anakku itu sepertinya juga kangen dengan Papanya, terbukti dari tadi lengket terus dengan Mas Alfian. Padahal Mamanya Rendra juga kangen banget lho Pa.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang