Happy Reading
Alfian POV
Lima hari berlalu, tak kunjung aku menemukan istriku tercinta. Sebenarnya sebelum aku berangkat ke Sidoarjo, aku sempat ke rumah mertuaku. Niatnya sih mau cari Rani, siapa tahu anak dan istriku ada disana tetapi hasilnya zonk, karena aku tidak mau membebani mertuaku, alhasil aku hanya pamit kalau mau berangkat ke luar kota. Tanpa mengatakan apapun yang menyangkut tentang Rani.
"Sendiri aja ini Al?" tanya Mama
"Sama temen Ma, tuh baru turun," tunjukku kearah Aji yang baru saja turun dari mobil."Rapi begini mau kemana?" tanya Mama lagi.
"Alfian mau pamit sama Mama, mau dinas ke luar kota," ucapku.
Ragaku berada di Sidoarjo, tetapi nyawaku entah melayang kemana tak tentu arah. Aku sangat merindukan Rani dan Rendra.
Namun untuk urusan keprofesionalan, aku harus fokus sama pekerjaan ku disini agar cepat selesai dan bisa segera pulang. Semoga saat nanti aku pulang, kedua orang yang aku cinta itu sudah berada di rumah.
"Ji, kita pulang kapan?" tanyaku pada Aji.
"Harusnya hari ini, semoga laporan hari ini memuaskan biar kita bisa cepat pulang," jawab Aji yang masih bergelut dengan handphonenya.
"Chat sama siapa sih senyum-senyum nggak jelas," tegur ku sambil mengintip siapa yang lagi chatingan dengan aji
"Eitss kepo deh, ini tuh rahasia negara," katanya sambil menyembunyikan handphonenya.
Apakah dengan Rani?
Selama ini sepertinya mereka semakin dekat. Aku lihat sendiri terkadang Aji telepon Rani atau sebaliknya. Hanya saja aku nggak tahu harus bersikap apa tentang kedekatan mereka berdua.
Aku sudah membuat Rani kecewa berulang kali. Tak tahu apakah kesalahan ku bisa dimaafkan atau tidak oleh Rani.
"Yayang ya?" godaku.
"Iya lah emang kamu, kangen aja nggak berani bilang padahal nomornya juga hafal lho," canda Aji.
Aku hanya terkekeh mendengar candaannya.
"Susah Ji, benar ya kata Dilan kalau rindu itu berat," ucapku sok dramatis.
"Ya kalau rindu itu bilang, jangan dipendam sendiri, telepon sana. Masih ingat nomornya kan? Atau perlu aku kasih tahu lagi?" ucap Aji
"Eh Ji, selama kita disini Rani pernah hubungi kamu nggak?" tanyaku keluar dari topik yang dibahas.
"Pernah chat aku, dia komen story WhatsApp ku pas kita mau berangkat ke Sidoarjo," jawabnya.
"Aku lelah Ji, kayak gini terus. Kapan coba badainya berlalu," ucapku pasrah.
"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah kalian ya dengan bertemu dan mengobrol dari hati ke hati, kalau cuma berasumsi aja nggak bakal selesai tuh masalah," nasihat Aji.
Aji memang bisa diandalkan. Dia benar-benar bijaksana saat sedang menghadapi masalah, bukan seperti diriku yang terlalu gegabah. Dasar pengecut.
"Eh Ji, nanti sebelum pulang mampir ke rumah Bulekku dulu ya. Rumahnya nggak jauh dari sini kok," pintaku.
"Bulek?"
"Buleknya Rani maksudnya, rumahnya nggak jauh dari sini," jelasku.
"Oalah, bisa diatur lah. Sambil berburu oleh-oleh khas Sidoarjo," kata Aji.
*****
Kini aku dan Aji tengah berburu oleh-oleh khas Sidoarjo di pasar Krian. Kami membeli beraneka macam kerupuk dan terasi, salah satu bahan makanan khas Sidoarjo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔
ChickLit"Auditing dan Akuntansi itu selalu berkaitan dan nggak akan bisa dipisahkan," "Seperti kita," "Maksudnya?" "Kita itu akan selalu berkaitan dan nggak akan bisa terpisahkan. Yang bisa memisahkan kita hanya takdir Allah," Setiap rumah tangga pasti me...