Happy Reading
Alfian POV
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
"Brengsek,"
"Laki-laki nggak tahu diri,"
"Bisanya buat malu keluarga aja,"
"Brengsek,"
"Anjingggg,"
Bugh
Bugh
Bugh
"Bangsattt
Aku tak tahu salah apa aku sama kakakku. Tiba-tiba saja aku diserang dengan pukulan membabi buta seperti itu. Belum lagi umpatan-umpatan tajam yang dilontarkan Mas Ari.
"Ada apa sih Mas?" tanyaku sambil menahan sakit di beberapa bagian tubuhku. Gila tubuhku rasanya sudah mati rasa.
Bukannya menjawab, yang aku dapatkan malah pukulan dan tendangan tanpa henti. Mungkin sebentar lagi aku akan mati, batinku.
"Udah Mas, udah, adikmu bisa mati kalau gitu," cegah Rani sambil melindungi diriku yang sudah babak belur dengan luka di sekujur tubuh.
"Kamu masih bela suami brengsek mu ini Ran?" ucap Mas Ari sambil meremehkan diriku.
Sebenarnya ada apa sih ini, aku tak mengerti sama sekali. Dan kenapa tadi Rani sempat melarang diriku untuk menjenguk Bapak. Pasti ada kaitannya dengan pukulan bertubi-tubi dari Mas Ari ini. Apakah mereka tahu tentang perbuatan keji ku kepada Rani tempo hari? Tau dari mana coba? Entahlah.
Mas Ari masih melampiaskan marahnya, kali ini ia benar-benar marah. Selama aku menjadi adiknya, tak pernah aku melihat Masku itu marah sampai segitunya.
"Mas!!! Udah cukup, seburuk-buruk kelakuannya, se brengsek apapun dia, dia tetap suamiku," bentak Rani sambil menunjuk ke arah ku.
"Daripada kamu mati disini, lebih baik kamu pergi dari hadapan ku atau kalau perlu pergi dari kehidupan kami," ucap Mas Ari yang aku yakini itu ditujukan kepada diriku.
Aku dibantu Rani berdiri. Jujur badanku serasa remuk semua, karena memang badan Mas Ari yang lebih besar daripada diriku dan ia pernah mengikuti lomba taekwondo nasional.
"Hati-hat Mas," ucap rani.
"Mas aku mau lihat Bapak sebentar saja, setelah itu aku janji aku akan pergi," ucapku dengan sisa-sisa tenaga yang aku punya. Rasanya untuk berbicara saja susah.
"Kamu ingin Bapak sehat kan? Sekarang pergi atau akan ku buat kamu semakin tak berdaya!!!!!" ancam Mas Ari.
Tanpa menyela lagi, aku langsung berbalik dan melepaskan genggaman Rani. Namun, tetap dicegah Rani.
"Mas," panggil Rani sambil terus menangis.
"Aku nggak apa-apa," ucapku meyakinkan.
Tiba-tiba tangan Rani ditarik oleh Mas Ari.
"Kamu tetap disini, Bapak ingin ketemu kamu," suruh Mas Ari kepada Rani.
Ku tinggal Rani sendiri di Rumah Sakit. Biarlah nanti ia pulang naik ojek online atau diantar Mas Ari. Aku tak mau membuat kakakku itu semakin mengamuk.
Aku berjalan menuju parkiran dengan gontai. Badanku rasanya udah tidak kuat sebenarnya, tetapi aku harus selamat sampai Bank untuk mengembalikan mobil Pak Fendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔
ChickLit"Auditing dan Akuntansi itu selalu berkaitan dan nggak akan bisa dipisahkan," "Seperti kita," "Maksudnya?" "Kita itu akan selalu berkaitan dan nggak akan bisa terpisahkan. Yang bisa memisahkan kita hanya takdir Allah," Setiap rumah tangga pasti me...